Dana Moneter Internasional IMF hari Selasa (17/4) memperingatkan ancaman tarif dan ketegangan diantara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia berpotensi merugikan ekonomi global, yang diyakini IMF seharusnya tumbuh solid tahun ini. IMF juga menyambut baik kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan mendatang.
Dalam konferensi pers Dana Moneter Internasional IMF “World Economic Outlook 2018” di Washington DC, penasihat yang juga Direktur Departemen Riset IMF Maurice Obstfeld memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 akan terus menguat, yaitu di kisaran 3,9%. Secara khusus, dibanding proyeksi yang disampaikan pada Oktober 2017 lalu, negara-negara di kawasan Eropa diperkirakan akan mencapai pertumbuhan 2,4% atau naik 0,5%; di Jepang mencapai 1,2%; di Amerika mencapai 2,9%; dan di China mencapai 6,6%. Ditambahkannya, pertumbuhan ekonomi Amerika sebagian didorong karena stimulus fiskal yang sebagian besar bersifat sementara.
Meskipun demikian ada beberapa isu yang membuat prospek ekonomi jangka panjang tampak lebih serius, tambah Obstfeld.
“Meskipun berita jangka pendek ini baik, prospek jangka panjang jauh lebih suram. Negara-negara maju – yang sedang menghadapi populasi yang bertambah tua, menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja, dan rendahnya pertumbuhan produktivitas - kemungkinan tidak akan meraih kembali tingkat pertumbuhan per kapita yang baik, yang mereka nikmati sebelum krisis keuangan global,” kata Maurice.
IMF: Performa Ekonomi yang Membaik Diusik Ketegangan dalam Isu Perdagangan
Maurice Obstfeld juga menyebut fenomena paradoks yang ada saat ini ketika performa ekonomi yang membaik itu diusik oleh ketegangan diantara negara-negara besar dalam isu perdagangan.
“Bahwa negara-negara ekonomi utama tengah bermain-main dengan perang dagang di saat terjadinya ekspansi ekonomi besar-besaran mungkin merupakan paradoks, terutama ketika ekspansi tersebut sangat bergantung pada investasi dan perdagangan," tambahnya.
IMF Sambut Baik Kesiapan Indonesia Jadi Tuan Rumah
IMF-World Bank Spring Meeting 2018 yang berlangsung mulai tanggal 17-22 April ini tidak saja menyorot isu-isu yang merugikan upaya mendongkrak pemulihan ekonomi, seperti perang dagang, konflik politik dan perang; tetapi juga isu-isu lain seperti transparansi dan komunikasi kebijakan, lingkungan hidup, proteksi dalam dunia digital hingga kekerasan berbasis jender.
Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan ini pada musim gugur nanti.
Ditemui secara terpisah seusai konferensi pers itu, Maurice Obstfeld juga menyambut baik kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah.
“Ini akan sangat luar biasa! Saya tidak sabar ingin mengikutinya. (Apakah ada harapan khusus untuk Indonesia?) Kami sangat ingin terlibat di bagian dunia ini. Beberapa waktu ini kami telah meningkatkan keterlibatan di sana. Saya pribadi melawat ke Indonesia tahun lalu, juga ke Malaysia, dan saya senang dan selalu ingin kembali lagi. Kami melakukan diskusi yang sangat menarik tidak hanya dalam masalah regional, tetapi juga global. Jelas kawasan Asia – yang sedang berkembang menjadi rantai pasokan di kawasan itu – sangat tertarik pada perdagangan, dan juga akan memusatkan perhatian pada perdagangan dalam pertemuan di musim gugur nanti,” tukasnya.
Luhut Pimpin Delegasi Indonesia ke Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia
Delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, yang sekaligus menjadi Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, tiba di Washington DC Selasa siang. Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo, Menteri Komunikasi & Informasi Rudiantara, dan beberapa pejabat terkait lainnya ikut hadir dan siap meyakinkan dunia tentang kesiapan menjadi tuan rumah. [em/al]
