Vinod K. Paul, anggota Lembaga Nasional untuk Perubahan India (NITI Aayog), lembaga kajian yang didukung pemerintah, mengatakan obat anti-malaria yang dikatakan digunakan Presiden AS Donald Trump, lebih besar manfaatnya daripada risikonya.
Ia menjelaskan obat itu diberikan kepada petugas di garis depan dan layanan kesehatan di India serta digunakan sebagai pengobatan untuk pasien yang menderita Covid-19.
Beberapa hari yang lalu, WHO membatalkan obat itu dari uji klinis dengan mengutip penelitian yang menunjukkan orang yang menggunakan hydroxychloroquine berisiko lebih tinggi mengalami kematian dan masalah jantung.
India adalah produsen hydroxychloroquine terbesar di dunia dan telah memasok obat ini ke beberapa negara, termasuk AS, selama pandemi.
India sejauh ini telah mencatat lebih dari 159.000 kasus Covid-19 dan lebih dari 4.500 kematian. [my/jm]