Tautan-tautan Akses

India Catat Jumlah Kasus COVID-19 Terbanyak ke-2 di Dunia


Orang-orang berkerumun di sepanjang jalan yang sibuk di Mumbai pada 12 April 2021. India termasuk negara dengan jumlah infeksi virus corona tertinggi di dunia. (Foto: AFP)
Orang-orang berkerumun di sepanjang jalan yang sibuk di Mumbai pada 12 April 2021. India termasuk negara dengan jumlah infeksi virus corona tertinggi di dunia. (Foto: AFP)

Rekor baru kasus COVID-19 dalam satu hari telah membuat India menduduki tempat kedua setelah AS dalam hal jumlah kasus virus corona terkukuhkan.

Catatan 168.912 kasus baru COVID-19 yang diunggah negara Asia Selatan itu pada hari Senin (12/4) membuat jumlah kasus di India mencapai 13.527.717, sementara Brazil mencatat total 13.517.808 kasus, menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.

Lonjakan baru itu berlangsung bersamaan dengan kekurangan vaksin yang akut di beberapa negara bagian di India, serta festival tahunan Kumbh Mela di Sungai Gangga, di mana jutaan penganut Hindu mandi untuk mendapatkan pengampunan dosa, yang menimbulkan kekhawatiran kegiatan ini dapat menjadi sumber penyebaran virus secara besar-besaran.

Orang-orang berkumpul di tepi sungai Gangga selama Kumbh Mela, atau Festival Pitcher, di tengah penyebaran COVID-19, di Haridwar, India, 10 April 2021. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
Orang-orang berkumpul di tepi sungai Gangga selama Kumbh Mela, atau Festival Pitcher, di tengah penyebaran COVID-19, di Haridwar, India, 10 April 2021. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)

India menduduki tempat keempat dalam jumlah korban meninggal akibat virus corona dengan catatan 170.179 kematian, termasuk 904 kematian yang dicatat hari Senin (12/4). AS memimpin dalam kategori ini dengan 562.521 kematian, diikuti oleh Brazil dengan 354.617 dan Meksiko dengan 209.702 kematian.

Reuters melaporkan bahwa India telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 buatan Rusia, Sputnik V.

Di AS, pemerintahan presiden Joe Biden mendesak negara bagian Michigan untuk memberlakukan lockdown wajib guna mengatasi lonjakan baru infeksi virus corona yang melanda wilayah itu.

Gubernur Michigan Gretchen Whitmer telah meminta pemerintah agar menyediakan dosis ekstra vaksin COVID-19 untuk negara bagian itu dalam upaya menghentikan lonjakan, yang memiliki laju infeksi baru tertinggi di Amerika. Namun Dr. Rochelle Walensky, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Senin (12/4) mengatakan “jawabannya tidak harus memberikan vaksin” karena panjangnya waktu yang diperlukan agar vaksin itu efektif.

“Jawabannya adalah benar-benar melakukan penutupan, untuk melandaikan kurva, untuk mengurangi kontak,” kata Walensky. Pemerintah menyatakan akan mengirim pasokan ekstra vaksin dan tes COVID-19 untuk Michigan, tetapi juga akan tetap pada rencananya untuk mendistribusikan vaksin COVID-19 ke semua negara bagian berdasarkan jumlah penduduknya.

Gubernur Whitmer mendapat kecaman tahun lalu dari kalangan konservatif karena memberlakukan pembatasan terkait virus corona yang ketat pada awal pandemi, termasuk dengan masuknya kelompok-kelompok bersenjata ke gedung parlemen negara bagian di Lansing dalam protes yang memanas.

Lonjakan kasus baru COVID-19 di AS dan India terjadi sewaktu Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Senin (12/4) menyatakan “kebingungan, sikap berpuas diri dan inkonsistensi dalam langkah-langkah kesehatan masyarakat dan penerapannya” sebagai penyebab tujuh pekan berturut-turut peningkatan infeksi COVID-19 dan empat pekan berturut-turut meningkatnya jumlah kematian, setelah tahun ini diawali dengan enam pekan berturut-turut terjadi penurunan angka-angka itu.

Dalam pengarahan pada hari Senin (12/4) dari markas besar WHO di Jenewa, Tedros mengatakan bahwa meskipun vaksin merupakan perangkat vital dan kuat dalam memerangi pandemi, upaya-upaya mitigasi standar berupa menjaga jarak, menjaga kebersihan, penggunaan masker dan dilanjutkannya tes serta pelacakan kontak terus merupakan cara efektif untuk menyelamatkan nyawa. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG