NEW DELHI —
Konfrontasi ini merupakan ujian yang terbaru atas hubungan antar kedua negara yang kadangkala rusuh itu. Insiden ini juga dikhawatirkan mengancam lawatan menteri luar negeri India ke Beijing nanti.
Ketegangan dalam konfrontasi selama 20 hari di daerah Ladakh utara dimulai ketika sekitar 50 tentara China berkemah jauh ke dalam daerah yang diklaim India sebagai wilayahnya, ketegangan berakhir ketika kedua pihak kembali ke posisi masing-masing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Syed Akbaruddin menyampaikan komentar singkat tentang berkurangnya ketegangan di sepanjang – apa yang disebut “Line of Actual Control” – sebuah garis batas yang tidak jelas di dataran pegunungan yang diklaim oleh kedua pihak.
“Pemerintah India dan China telah sepakat untuk memulihkan status quo di sepanjang “Line of Actual Control” yang telah ada sebelum tanggal 15 April 2013. Pertemuan antar negara telah diselenggarakan untuk menyelesaikan masalah ini dan menyusul beberapa pengaturan,” ujar Akbaruddin.
Pejabat-pejabat militer India mengatakan Minggu sore terjadi penarikan mundur secara serentak, pasca sebuah pertemuan antar komandan dari kedua negara. Pasukan China membongkar tenda-tenda mereka sementara tentara India – yang telah maju dan hanya berjarak 300 meter dari tempat tentara China itu – juga telah kembali ke posisi mereka sebelum sengketa tersebut.
Sengketa-sengketa semacam itu juga telah terjadi diantara kedua negara raksasa Asia itu pada masa silam, di sepanjang perbatasan tidak bertanda, tetapi India melihat penyusupan terbaru ini sebagai yang terburuk dalam beberapa tahun. Ini merupakan daerah yang dinilai strategis dan dekat dengan sebuah landasan pesawat yang kerap digunakan oleh tentara India.
Penarikan pasukan ini terjadi beberapa hari setelah diplomasi intensif antar kedua negara.
Analis masalah strategis di Center for Policy Research New Delhi – Bharat Karnad – mengatakan pemerintah India terpaksa mengambil langkah tegas atas China karena desakan luas masyarakat.
“Ini merupakan langkah China untuk menguji ketahanan India. Reaksi publik India atas hal ini sangat kuat sehingga mungkin telah membuat China menggunakan pendekatan yang lebih tenang, dan itulah yang terjadi,” kata Karnad.
Juru bicara Kementrian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan, demi kepentingan bilateral yang lebih luas, kedua pihak telah mengambil sikap konstruktif.
Hua Chunying mengatakan mempertahankan perdamaian dan ketenangan merupakan kepentingan bersama kedua pihak. Ia menambahkan China siap bekerjasama dengan India untuk mencapai solusi yang adil dan sama-sama bisa diterima terkait isu perbatasan – dalam waktu sesingkat mungkin.
Hubungan antara kedua negara masih diwarnai saling curiga dan India tetap khawatir tentang kebijakan Tingkok atas daerah-daerah perbatasan dimana terdapat penempatan tentara dan adanya jalan-jalan yang baik. Sengketa perbatasan India dan China berawal sejak perang antar kedua negara pada tahun 1962, ketika China mengklaim daerah Arunachal Pradesh di timur India, sementara India mengklaim sebagian daerah Ladakh di daratan Himalaya yang dikuasai China.
Ketegangan dalam konfrontasi selama 20 hari di daerah Ladakh utara dimulai ketika sekitar 50 tentara China berkemah jauh ke dalam daerah yang diklaim India sebagai wilayahnya, ketegangan berakhir ketika kedua pihak kembali ke posisi masing-masing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Syed Akbaruddin menyampaikan komentar singkat tentang berkurangnya ketegangan di sepanjang – apa yang disebut “Line of Actual Control” – sebuah garis batas yang tidak jelas di dataran pegunungan yang diklaim oleh kedua pihak.
“Pemerintah India dan China telah sepakat untuk memulihkan status quo di sepanjang “Line of Actual Control” yang telah ada sebelum tanggal 15 April 2013. Pertemuan antar negara telah diselenggarakan untuk menyelesaikan masalah ini dan menyusul beberapa pengaturan,” ujar Akbaruddin.
Pejabat-pejabat militer India mengatakan Minggu sore terjadi penarikan mundur secara serentak, pasca sebuah pertemuan antar komandan dari kedua negara. Pasukan China membongkar tenda-tenda mereka sementara tentara India – yang telah maju dan hanya berjarak 300 meter dari tempat tentara China itu – juga telah kembali ke posisi mereka sebelum sengketa tersebut.
Sengketa-sengketa semacam itu juga telah terjadi diantara kedua negara raksasa Asia itu pada masa silam, di sepanjang perbatasan tidak bertanda, tetapi India melihat penyusupan terbaru ini sebagai yang terburuk dalam beberapa tahun. Ini merupakan daerah yang dinilai strategis dan dekat dengan sebuah landasan pesawat yang kerap digunakan oleh tentara India.
Penarikan pasukan ini terjadi beberapa hari setelah diplomasi intensif antar kedua negara.
Analis masalah strategis di Center for Policy Research New Delhi – Bharat Karnad – mengatakan pemerintah India terpaksa mengambil langkah tegas atas China karena desakan luas masyarakat.
“Ini merupakan langkah China untuk menguji ketahanan India. Reaksi publik India atas hal ini sangat kuat sehingga mungkin telah membuat China menggunakan pendekatan yang lebih tenang, dan itulah yang terjadi,” kata Karnad.
Juru bicara Kementrian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan, demi kepentingan bilateral yang lebih luas, kedua pihak telah mengambil sikap konstruktif.
Hua Chunying mengatakan mempertahankan perdamaian dan ketenangan merupakan kepentingan bersama kedua pihak. Ia menambahkan China siap bekerjasama dengan India untuk mencapai solusi yang adil dan sama-sama bisa diterima terkait isu perbatasan – dalam waktu sesingkat mungkin.
Hubungan antara kedua negara masih diwarnai saling curiga dan India tetap khawatir tentang kebijakan Tingkok atas daerah-daerah perbatasan dimana terdapat penempatan tentara dan adanya jalan-jalan yang baik. Sengketa perbatasan India dan China berawal sejak perang antar kedua negara pada tahun 1962, ketika China mengklaim daerah Arunachal Pradesh di timur India, sementara India mengklaim sebagian daerah Ladakh di daratan Himalaya yang dikuasai China.