Pengguna internet di China kini punya instruktur yoga baru, Perdana Menteri India Narendra Modi.
Melalui akunnya di Weibo, Twitter versi China, Modi memberi pelajaran yoga harian lengkap dengan gambar berbagai pose, dan keterangan mengenai berbagai manfaat yoga.
Posting-posting yoga dari Modi ini menjadi bagian dari serangkaian upaya India untuk menjalin kontak langsung dengan masyarakat di China, dan mencoba memanfaatkan keterkaitan kedua negara ini dengan ajaran Buddha dan tradisi-tradisi lain untuk membangun hubungan bilateral yang lebih erat.
Pendekatan melalui Budaya
Dan Modi bukan satu-satunya yang memanfaatkan kedekatan budaya kedua negara untuk mencoba mendekatkan hubungan antara dua raksasa Asia ini.
Ketika Modi dan Presiden China Xi Jinping mengunjungi sebuah kuil di Xian pertengahan Mei lalu, kedua pemimpin negara tersebut saling bertukar kenang-kenangan berupa artefak-artefak Budha. Kuil di Xian didedikasikan untuk Xuanzang, biarawan abad ke-6 yang melakukan perjalanan ke India dan membawa teks Budha untuk pertama kalinya ke China.
Bersama Perdana Menteri China Li Keqiang, Modi juga menyaksikan demonstrasi gabungan seni tai chi China dan yoga di Kuil Surga di Beijing.
"Warga China menghormati budaya dan tradisi India. Ini merupakan dasar yang baik untuk membangun hubungan antar kedua negara," kata Ma Jiali, seorang pakar Asia Selatan dari Sekolah Partai Komunis di Beijing.
Universitas Yoga
Sekolah tinggi yoga pertama di China, hasil kerjasama kedua negara yang disepakati dalam kunjungan Modi ke China, telah diresmikan di kota Kunming, Yunnan, minggu lalu. Tujuannya adalah untuk melakukan standarisasi pelatihan yoga di China. Menjamurnya industri yoga di China menuai kritik, akibat banyaknya guru dengan sertifikat meragukan dan kurang memiliki pengetahuan tentang yoga.
"Universitas ini yakin dapat menjadikan lembaga ini sebagai sebuah institusi berpengaruh dengan karakteristik sendiri, yang dapat menjadi landasan bagi pertukaran budaya dan jembatan persahabatan China-India," ujar Peng Jinhui, presiden universitas tersebut dalam pidato saat peresmian, Sabtu lalu.
Zubin Zarthoshtimanesh, seorang murid guru yoga ternama di Mumbai, B.K.S. Iyenger, mengatakan, "Di seluruh China, Anda melihat antusiasme meningkat untuk yoga. Tapi ada kebutuhan untuk membimbing siswa mengenai cara yang tepat berlatih yoga."
Zarthoshtimanesh merupakan salah satu dari 20 guru India yang melatih sekitar 1.000 mahasiswa China dalam kamp lima hari pelatihan yoga di kota Chengdu, yang akan mencapai puncaknya pada Hari Yoga Sedunia, 21 Juni.
Bollywood dan Gandhi
Dan bukan hanya tikar yoga saja yang digunakan India untuk membangun ikatan lebih erat dengan China. Kedua negara baru-baru ini juga sepakat memproduksi bersama tiga buah film. Salah satunya berjudul "Kung Fu Yoga" yang akan dibintangi Jackie Chan.
Bioskop-bioskop China kini sedang memutar film "PK" yang sudah disulih suarakan. PK, adalah film Bollywood yang mencetak sukses besar di berbagai belahan dunia termasuk Amerika Serikat. Film satir tentang praktik keagamaan manusia luar angkasa, sempat berada di urutan keempat film terpopuler di Cina. Film "PK" dalam bahasa China ini konon berhasil meraup $19 juta (Rp 253 miliar) sejak dirilis di China pada 22 Mei. Ini adalah film India pertama yang mendapatkan lebih dari $100 juta dari pemutarannya di seluruh dunia.
Di Universitas Fudan di Shanghai, India telah membantu berdirinya Pusat Studi Gandhi. Ini merupakan kesempatan pertama bagi India untuk memperkenalkan studi Gandhi di China, yang terlibat dalam kekerasan perang saudara ketika M.K. Gandhi menluncurkan gerakan anti-kekerasannya sebelum kemerdekaan India pada tahun 1947. Xi mengunjungi Sabarmati Ashram, kediaman Gandhi di kota Ahmedabad, India barat untuk memenuhi undangan Modi bulan September tahun lalu.
"Kebanyakan warga China tidak beragama. Tapi berkembang keinginan untuk menjalani kehidupan rohani. Saya pikir ajaran Gandhi, dengan fokus pada kebenaran, akan menjadi titik awal yang baik untuk kebanyakan orang China yang ingin menempuh perjalanan spiritualitas mereka," demikian ungkap Liu Zhen, asisten profesor di Universitas Fudan, dan Dekan baru Gandhian Center kepada VOA.
Han Hua, seorang pakar Asia Selatan di Universitas Peking, mengatakan, "Ada pertumbuhan rasa kebersamaan identitas warga Asia di China. Lebih mungkin untuk mempererat hubungan antara Cina dan India dibanding sebelumnya."
Dari 'Bhai-bhai' jadi 'Buy-Buy'
Pengikut Modi di Weibo sudah mencapai 170.000 orang dalam waktu lima minggu saja, dan ia sering ditampilkan di berbagai media China.
Sebagian pengamat bertanya-tanya mengapa China membolehkan hubungan langsung dengan rakyatnya, terutama dengan negara yang dilihat sebagai pesaing regional dan memiliki sejarah persengketaan perbatasan yang panjang dengan Beijing.
Sebelum perang singkat antara India dan China tahun1962, pemimpin kedua pihak menyatakan hubungan antara kedua negara bagaikan hubungan dua bersaudara, atau 'bhai-bhai' dalam bahasa India. Li Li, seorang pakar di China Institute of Contemporary International Relations mengatakan, "Kita sudah melangkah jauh dari periode 'bhai-bhai' ke masa kini di mana yang penting adalah 'buy buy' (beli-beli)."
Pangsa pasar di India yang luas dan permintaan yang tinggi akan produk-produk murah sangat menarik bagi China di saat ekspornya menurun tajam dan pertumbuhan ekonomi melambat ke tingkat 7 persen dari produk domestik bruto. India juga adalah salah satu pasaran terbesar yang dilihat Beijing sebagai bagian dari proyek Jalan Sutra-nya, sementara banyak negara di Asia Selatan dan Tengah tidak memiliki daya beli yang tinggi.
"Ada empat pilar kebijakan luar negeri kami: tetangga kami, negara-negara kekuataan dunia, dunia berkembang dan berbagai landasan multilateral lainnya. India memiliki peran dalam keempatnya," kata Li Li.
Modi sendiri berupaya menjelaskan saat berbicara kepada para mahasiswa di Universitas Tsinghua di Beijing dan Fudan di Shanghai.
"Jika sebuah negara mempersilakan pemimpin negara asing untuk berbicara langsung dengan para pemudanya, ini berarti negara tersebut menginginkan hubungan yang baik dengan negara asing itu. Ini merupakan investasi kepercayaan terhadap negara tersebut secara jangka panjang," ujarnya kepada warga India di Shanghai pada akhir kunjungannya ke China.
"Gerakan Arab Spring telah mengajarkan China sebuah pelajaran penting. Bahwa mereka perlu memiliki hubungan dekat dengan negara-negara berkembang, terutama India dengan kebijakan luar negerinya yang mandiri dan pengaruh yang ada dari jumlah populasi Muslimnya yang besar," kata Prem Shankar Jha, seorang penasehat bagi mantan Perdana Menteri India V.P Singh.