India telah meminta perusahaan-perusahaan listrik untuk tidak menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara hingga 2030 karena adanya lonjakan permintaan listrik, menurut pemberitahuan kementerian tenaga federal yang didapat Reuters. Ironisnya, perintah tersebut keluar hanya dua tahun berselang sejak New Delhi membuat komitmen untuk menurunkan penggunaan bahan bakar fosil.
India yang dikenal sebagai negara yang haus energi mengatakan pada Mei 2022 bahwa pihaknya berencana mengurangi penggunaan pembangkit dari 81 PLTU batu bara miliknya selama empat tahun ke depan. Namun, rencana itu tidak menjelaskan adanya wacana penutupan sejumlah PLTU dari total 179 yang ada di negara tersebut. India belum menetapkan batas waktu resmi kapan penggunaan batu bara secara bertahap dihentikan.
"India mengimbau semua perusahaan listrik untuk tidak menghentikan unit termal (pembangkit listrik) hingga 2030 dan memastikan ketersediaan unit setelah melakukan kegiatan renovasi dan modernisasi jika diperlukan," kata Otoritas Listrik Pusat (CEA) dalam pemberitahuan tertanggal 20 Januari yang dikirimkan ke pejabat di kementerian listrik federal.
CEA, yang bertindak sebagai penasihat kementerian, mengutip pertemuan bulan Desember di mana menteri listrik federal telah meminta agar pembangkit listrik termal yang sudah tua tidak dihentikan. Sebagai gantinya, menteri meminta masa pakai sejumlah pembangkit tersebut untuk ditingkatkan dengan "mempertimbangkan perkiraan skenario permintaan.”
Kementerian listrik federal tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters yang dikirimkan melalui email.
India, konsumen, produsen, dan importir batu bara terbesar kedua di dunia, mencapai hampir sepertiga dari target penambahan penggunaan energi terbarukan pada 2022. Batu bara menyumbang hampir tiga perempat bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pembangkit listrik.
Permintaan listrik di India telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena cuaca ekstrem, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga karena lebih banyak perusahaan yang mengizinkan karyawan untuk bekerja dari rumah. Peningkatan aktivitas industri setelah pelonggaran pembatasan terkait virus corona turut menyumpang peningkatan permintaan listrik tersebut.
Permintaan daya puncak yang terpenuhi naik ke rekor tertinggi yaitu mencapai 210,6 Gigawatt pada 18 Januari, 1,7 persen lebih besar dari daya listrik sebelumnya, yaitu sekitar 207,1 Gigawatt, yang tercatat pada saat puncak gelombang panas yang terjadi secara intens pada April tahun lalu. Hal tersebut menyebabkan India menghadapi krisis listrik terburuk dalam enam setengah tahun.
"Permintaan daya puncak telah meningkat 5 persen pada tahun ini. Jika meningkat 3-4 persen lagi, kita bisa menghadapi krisis lain," kata seorang pejabat senior di sebuah utilitas di negara bagian India selatan.
"Tidak ada pertanyaan untuk menghentikan unit batu bara tua," kata pejabat itu, berbicara tanpa menyebut nama karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media. [ah/rs]
Forum