NEW DELHI —
Kantor hak paten di India telah menolak permintaan produsen obat Bayer AG untuk menghentikan sebuah perusahaan India memproduksi obat generik yang lebih murah dari suatu obat kanker yang telah dipatenkan.
Keputusan yang dijatuhkan Senin (4/3) oleh Dewan Banding Kekayaan Intelektual dianggap sebagai preseden penting untuk menyediakan obat penyelamat nyawa yang berharga murah kepada orang miskin.
Tahun lalu, kantor hak paten India mengizinkan produsen obat lokal Natco Pharma Ltd. untuk memproduksi versi generik dari obat kanker ginjal dan hati produksi Bayer, yaitu Nexavar, atas dasar bahwa hal ini akan membuat obat tersebut tersedia untuk masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau.
Perusahaan Jerman tersebut mengajukan banding melawan keputusan kantor hak paten yang memberikan izin wajib kepada Natco Pharma sehingga perusahaan India tersebut akan membayar royalti penjualan bersih kepada Bayer.
Bayer menjual suplai obat satu bulan dengan harga sekitar US$5.600 (sekitar Rp 54 juta). Obat generik produksi Natco hanya akan membuat pasien di India membayar $175 per bulan. Kantor hak paten menentukan bahwa Natco harus membayar royalti 7 persen untuk Bayer.
Hal itu merupakan kasus pertama untuk lisensi wajib di bawah undang-undang hak paten baru di India yang disahkan pada 2005.
Perusahaan-perusahaan farmasi dari negara-negara barat telah mendorong untuk perlindungan hak paten yang lebih kuat di India untuk meregulasi industri obat generik yang bernilai $26 miliar di negara itu, yang menurut mereka seringkali mencemoohkan hak kekayaan intelektual.
Namun, aktivis kesehatan dan kelompok bantuan berargumen bahwa obat generik di India adalah sumber daya penyelamat nyawa untuk pasien-pasien di negara-negara yang tidak mampu membayar harga seperti di Barat untuk mengobati penyakit-penyakit seperti kanker, malaria dan HIV. (AP)
Keputusan yang dijatuhkan Senin (4/3) oleh Dewan Banding Kekayaan Intelektual dianggap sebagai preseden penting untuk menyediakan obat penyelamat nyawa yang berharga murah kepada orang miskin.
Tahun lalu, kantor hak paten India mengizinkan produsen obat lokal Natco Pharma Ltd. untuk memproduksi versi generik dari obat kanker ginjal dan hati produksi Bayer, yaitu Nexavar, atas dasar bahwa hal ini akan membuat obat tersebut tersedia untuk masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau.
Perusahaan Jerman tersebut mengajukan banding melawan keputusan kantor hak paten yang memberikan izin wajib kepada Natco Pharma sehingga perusahaan India tersebut akan membayar royalti penjualan bersih kepada Bayer.
Bayer menjual suplai obat satu bulan dengan harga sekitar US$5.600 (sekitar Rp 54 juta). Obat generik produksi Natco hanya akan membuat pasien di India membayar $175 per bulan. Kantor hak paten menentukan bahwa Natco harus membayar royalti 7 persen untuk Bayer.
Hal itu merupakan kasus pertama untuk lisensi wajib di bawah undang-undang hak paten baru di India yang disahkan pada 2005.
Perusahaan-perusahaan farmasi dari negara-negara barat telah mendorong untuk perlindungan hak paten yang lebih kuat di India untuk meregulasi industri obat generik yang bernilai $26 miliar di negara itu, yang menurut mereka seringkali mencemoohkan hak kekayaan intelektual.
Namun, aktivis kesehatan dan kelompok bantuan berargumen bahwa obat generik di India adalah sumber daya penyelamat nyawa untuk pasien-pasien di negara-negara yang tidak mampu membayar harga seperti di Barat untuk mengobati penyakit-penyakit seperti kanker, malaria dan HIV. (AP)