Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Jumat (19/3), telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca setelah meninjau sejumlah laporan terkait penggunaan vaksin yang telah menyebabkan pembekuan darah di sejumlah negara Eropa.
Reuters, mengutip BPOM pada hari Jumat (19/3), melaporkan meskipun vaksinasi dapat menyebabkan "efek samping" setelah imunisasi, "risiko kematian akibat COVID-19 jauh lebih tinggi."
"Manfaat pemberian vaksin AstraZeneca COVID-19 lebih besar daripada risikonya," kata BPOM dalam sebuah pernyataan.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan distribusi vaksin AstraZeneca akan dimulai Senin depan.
"Semakin dini vaksin didistribusikan, semakin cepat kita bisa keluar dari pandemi ini," Tarmizi menjelaskan dalam sebuah konferensi pers.
"Jangan takut divaksinasi," tegasnya lebih lanjut.
Akan tetapi BPOM mewaspadai penggunaan vaksin AstraZeneca bagi mereka yang memiliki trombosit darah rendah, dikenal sebagai trombositopenia, dan gangguan pembekuan darah.
Asrorun Niam Sholeh dari Majelis Ulama Indonesia, Jumat (19/3), menyatakan meski dianggap haram atau tidak dibolehkan menurut Islam, majelis agama itu telah menyetujui vaksin AstraZeneca untuk digunakan dalam keadaan darurat.
Pemerintah sedang berjuang melawan salah satu wabah virus corona terburuk di Asia - dengan 1.437.283 infeksi dan 38.915 kematian.
Seperti banyak negara lainnya, Indonesia telah menunda penggunaan vaksin AstraZeneca menyusul beberapa laporan terjadinya penggumpalan darah di antara mereka yang menerima vaksin itu di Eropa. Pemerintah menyatakan menunggu hasil peninjauan dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) minggu ini menyatakan tidak menemukan indikasi bahwa pembekuan darah terjadi akibat vaksinasi, pandangan yang juga digaungkan oleh WHO. AstraZeneca juga menyatakan tinjauannya tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko pembekuan darah.
Indonesia memulai program vaksinasi COVID-19 pada Januari 2021 dengan menggunakan vaksin Sinovac Biotech CoronaVac.
Indonesia telah menerima 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca melalui skema aliansi vaksin COVAX bulan Maret 2021 dan akan menerima sekitar 10 juta lagi dalam dua bulan ke depan. [ah/mg]