Pengumuman tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi kementerian tersebut, Rachmat Kaimuddin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (29/8).
“Tentunya ada beberapa (MoU) yang menurut kami akan besar, yaitu satu rencana pemberian conditional license untuk ekspor listrik ke Singapura itu nilainya bisa billions of dollars. Lalu juga ada kerja sama carbon capture and storage (CCS) dengan Pertamina. Again, it could be quite significant, tapi kita lagi on going untuk mengumpulkan angka-angkanya,” ungkap Rachmat.
Ia menjelaskan, saat ini ada beberapa perusahaan yang sudah mendapatkan persetujuan bersyarat (conditional approval) dari pemerintah Singapura dalam program ekspor listrik tersebut. Langkah selanjutnya, diharapkan berbagai perusahaan ini bisa mendapatkan lisensi bersyaratr (conditional license) dari pemerintah negeri singa itu. Jika hal ini berjalan dengan lancar, menurutnya, Indonesia akan mulai bisa mengekspor listrik hijau tersebut pada akhir 2027 atau awal 2028.
“Ini yang teman-teman dari developer merencanakannya, bikin jalur kabel, kemudian pabriknya dari mana, ini juga yang tidak kalah pentingnya karena ekspor listrik ke Singapura ini kita menyampaikan bahwa golnya selain bekerja sama atau mengekspor listrik, project ini harus menggunakan solar modul atau panel surya dan baterai yang diproduksi di Indonesia. Jadi ini, harapan kita juga bisa mendorong industri manufaktur terutama mata rantai renewable energi di Indonesia,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Rachmat menjelaskan bahwa persiapan acara ISF2024 berjalan dengan baik. Bahkan, ia mengklaim acara tersebut merupakan acara terkait iklim dan keberlanjutan nomor dua terbesar di Asia Pasifik setelah COP (Conference of the Parties) ke-29 di Azerbaijan, mengingat ada 8.000 peserta dari 50 negara yang terlibat.
Acara yang akan berlangsung selama dua hari ini akan dihadiri oleh Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto. Selain itu yang juga direncanakan hadir adalah Menteri Koordinator Keamanan Nasional Singapura Teo Chee Hean, Wakil Perdana Menteri Malaysia Fadillah Yusof, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kelautan Peter Thomson, Penasihat Khusus Aksi Iklim dari Kementerian Luar Negeri Perancis Kevin Magron, dan CEO Bezos Earth Fund Andrew Steers.
Pemerintah, kata Rachmat, berharap ISF 2024 bisa menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri hijau.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyambut baik rencana pemerintah untuk melakukan ekspor listrik hijau ke negara tetangga Singapura. Menurutnya, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk melakukan hal itu.
“Saya kira ini langkah yang cukup strategis dan harus diterapkan, dan Indonesia menarik karena Indonesia mempunyai resource yang sangat tidak terbatas, termasuk misalnya matahari, angin, dan lainnya. Itu yang barangkali menarik bagi investor untuk melakukan hal tersebut,” ungkap Fahmy saat berbincang dengan VOA.
Fahmy mengungkapkan bahwa perkembangan energi baru terbarukan (EBT) di tanah air tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan target dari pemerintah, seharusnya capaian penggunaan EBT di Indonesia pada 2025 sudah 23 persen, namun faktanya baru 11 perse.
“Tetapi, tidak tercapainya target tadi jangan kemudian menutup peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor EBT. Saya kira secara simultan itu bisa dilakukan, barangkali nanti kalau terealisasi ekspor listrik EBT akan menstimulasi Indonesia untuk mengembangkan EBT, khususnya di bidang listrik,” jelasnya.
Lebih jauh, Fahmy mengungkapkan Indonesia akan mempunyai keuntungan yang cukup besar apabila ekspor listrik ke Singapura ini bisa terwujud. Menurutnya itu tidak hanya menstimulasi perkembangan EBT di tanah air, tapi juga merupakan i bisnis yang menguntungkan. Ia juga meyakini, dalam jangka menengah dan panjang, pasarnya tidak hanya Singapura, tapi juga negara-negara tetamgga lainnya. [gi/ab]
Forum