JAKARTA —
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan Singapura bersikap kekanak-kanakan dalam menanggapi masalah kabut asap yang telah menyelubungi negara kota tersebut.
“Singapura jangan terlalu kekanak-kanakanlah, ribut,” ujar Agung pada media di Jakarta, Kamis (20/6).
Menurut Agung, masalah ini bukanlah kesengajaan dari bangsa Indonesia, namun karena masalah alam. Ia menambahkan, pemerintah juga akan menolak bantuan dari Singapura kecuali jumlahnya besar.
“Bantuan dari Singapura juga nggak ada. Tempo hari mau kasih setengah juta dollar, kita tolak..ngapain? Kerja sama boleh, tapi kita nggak terima bantuan uang seperti itu. Kami bisa kok pakai uang kami sendiri (APBN). Jadi kami sudah bekerja secara optimal lah.. ini bukan maunya bangsa Indonesia,” ujarnya.
Indeks polusi udara di Singapura pada Kamis siang mencapai tingkat berbahaya pada angka 301, mendekati tingkat tertinggi 321 pada malam sebelumnya. Angka di atas 200 dianggap mengancam kesehatan.
Agung mengatakan kementeriannya dan tiga lembaga terkait telah melakukan rapat koordinasi mengatasi kebakaran hutan di Sumatra yang menimbulkan kabut asap hingga ke Singapura.
Menurut Agung, pemerintah telah melakukan upaya pemadaman di sejumlah titik api dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca berupa hujan buatan di beberapa titik.
“Totalnya saat ini ada 650 hektar yang dipadamkan dari total 850 hektar, dengan tenaga 105 orang di lapangan. Alat-alat yang digunakan sederhana, tapi mulai hari ini mulai dilengkapi dengan alat-alat tambahan untuk mempercepat (pemadaman api) dan menghilangkan kemungkinan (titik api) yang baru. Pesawat terbangnya (untuk operasional udara) sudah siap, garamnya (untuk bahan baku) juga sudah siap,” ujarnya.
Kementrian Kehutanan bersama kepolisian, tambah Agung, tengah menginventarisasi sekaligus menyelidiki perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan pembakaran lahan sehingga menimbulkan asap. Pemerintah, ujar Agung, akan mengeluarkan sanksi terhadap perusahaan yang terbukti melakukan pembakaran lahan.
“Yang punya (perusahaan itu) bukan cuma orang Indonesia tapi juga orang Singapura dan Malaysia. Kita akan keluarkan sanksi tegas jika terbukti. Kita inventarisir dulu untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya.
Pemerintah, tambah Agung juga akan membentuk brigade pemadam kebakaran lahan dan hutan di provinsi-provinsi tertentu yang sering terdapat titik api, diantaranya adalah provinsi Kalimantan Barat, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Tugas utama brigade ini bukan hanya membantu pemadaman api tapi juga melakukan pencegahan, ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menjelaskan, pemerintah Indonesia sudah menyampaikan upaya yang dilakukan terkait masalah ini kepada pemerintah Singapura dan Malaysia. Pemerintah berupaya menepis kesan bahwa Indonesia telah menciptakan persoalan baru di kawasan Asia, ujarnya.
“Mengingat kejadian ini menciptakan dampak yang sifatnya lintas batas kepada negara-negara tetangga kita terutama Singapura dan Malaysia, negara-negara tersebut telah mengkomunikasikan keprihatinannya. Menlu Singapura telah berkomunikasi dengan kami. Kami jelaskan apa saja langkah-langkah yang kita tempuh. Saya ingin garisbawahi, ada kesan Indonesia telah menciptakan persoalan baru di kawasan,” ujarnya.
“Singapura jangan terlalu kekanak-kanakanlah, ribut,” ujar Agung pada media di Jakarta, Kamis (20/6).
Menurut Agung, masalah ini bukanlah kesengajaan dari bangsa Indonesia, namun karena masalah alam. Ia menambahkan, pemerintah juga akan menolak bantuan dari Singapura kecuali jumlahnya besar.
“Bantuan dari Singapura juga nggak ada. Tempo hari mau kasih setengah juta dollar, kita tolak..ngapain? Kerja sama boleh, tapi kita nggak terima bantuan uang seperti itu. Kami bisa kok pakai uang kami sendiri (APBN). Jadi kami sudah bekerja secara optimal lah.. ini bukan maunya bangsa Indonesia,” ujarnya.
Indeks polusi udara di Singapura pada Kamis siang mencapai tingkat berbahaya pada angka 301, mendekati tingkat tertinggi 321 pada malam sebelumnya. Angka di atas 200 dianggap mengancam kesehatan.
Agung mengatakan kementeriannya dan tiga lembaga terkait telah melakukan rapat koordinasi mengatasi kebakaran hutan di Sumatra yang menimbulkan kabut asap hingga ke Singapura.
Menurut Agung, pemerintah telah melakukan upaya pemadaman di sejumlah titik api dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca berupa hujan buatan di beberapa titik.
“Totalnya saat ini ada 650 hektar yang dipadamkan dari total 850 hektar, dengan tenaga 105 orang di lapangan. Alat-alat yang digunakan sederhana, tapi mulai hari ini mulai dilengkapi dengan alat-alat tambahan untuk mempercepat (pemadaman api) dan menghilangkan kemungkinan (titik api) yang baru. Pesawat terbangnya (untuk operasional udara) sudah siap, garamnya (untuk bahan baku) juga sudah siap,” ujarnya.
Kementrian Kehutanan bersama kepolisian, tambah Agung, tengah menginventarisasi sekaligus menyelidiki perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan pembakaran lahan sehingga menimbulkan asap. Pemerintah, ujar Agung, akan mengeluarkan sanksi terhadap perusahaan yang terbukti melakukan pembakaran lahan.
“Yang punya (perusahaan itu) bukan cuma orang Indonesia tapi juga orang Singapura dan Malaysia. Kita akan keluarkan sanksi tegas jika terbukti. Kita inventarisir dulu untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya.
Pemerintah, tambah Agung juga akan membentuk brigade pemadam kebakaran lahan dan hutan di provinsi-provinsi tertentu yang sering terdapat titik api, diantaranya adalah provinsi Kalimantan Barat, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Tugas utama brigade ini bukan hanya membantu pemadaman api tapi juga melakukan pencegahan, ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menjelaskan, pemerintah Indonesia sudah menyampaikan upaya yang dilakukan terkait masalah ini kepada pemerintah Singapura dan Malaysia. Pemerintah berupaya menepis kesan bahwa Indonesia telah menciptakan persoalan baru di kawasan Asia, ujarnya.
“Mengingat kejadian ini menciptakan dampak yang sifatnya lintas batas kepada negara-negara tetangga kita terutama Singapura dan Malaysia, negara-negara tersebut telah mengkomunikasikan keprihatinannya. Menlu Singapura telah berkomunikasi dengan kami. Kami jelaskan apa saja langkah-langkah yang kita tempuh. Saya ingin garisbawahi, ada kesan Indonesia telah menciptakan persoalan baru di kawasan,” ujarnya.