Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, hari Kamis di Honolulu memberitahu VOA bahwa dalam pertemuan puncak KTT APEC akhir pekan ini, Indonesia akan memastikan agar 'Bogor Goals' atau Tujuan Bogor berjalan.
Bogor Goals merupakan deklarasi yang dihasilkan dalam KTT APEC tahun 1994 di Bogor, yang bertujuan menciptakan liberalisasi sistem perdagangan dan investasi tahun 2010 untuk negara maju, dan selambat-lambatnya tahun 2020 bagi negara berkembang.
Bogor Goals juga bertujuan antara lain memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka, meningkatkan liberalisasi perdagangan dan jasa, mengintensifkan kerja sama ekonomi di Asia-Pasifik, dan mempercepat proses liberalisasi melalui penurunan hambatan perdagangan dan investasi lebih jauh. Hal itu diharapkan akan meningkatkan arus barang, jasa, modal secara bebas dan konsisten dengan Kesepakatan Umum Tarif dan Perdagangan (GATT).
Gusmardi menjelaskan, “Apa yang kita tetapkan tahun 1994 di Bogor itu agar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tentu dalam perjalanan ini, ada masalah-masalah. Masalah-masalah itu yang kita selesaikan bersama, dan ada perkembangan-perkembangan yang sangat dinamis. Jadi, ini juga harus disikapi dan bagaimana kita bisa juga mencapai itu.”
Menurut Gusmardi, Indonesia bersama Amerika juga ingin menargetkan agar barang-barang dan jasa yang ramah lingkungan dapat diliberalisasikan lebih awal, dari rencana semula tahun 2020 menjadi sebelum tahun 2015.
Selain Bogor Goals, ia mengatakan pemerintah Indonesia juga akan mengusung agenda pembangunan kapasitas dalam menyikapi jaringan suplai global. Tujuannya adalah supaya ke-21 anggota APEC bisa memanfaatkan kesempatan dari liberalisasi perdagangan.
“Bagi Indonesia, isu ini tentu akan berkaitan dengan konektivitas logistik, dll, di mana kita perlu tingkatkan kapasitasnya untuk mendapatkan suatu manfaat yang lebih besar untuk perekonomian Indonesia,” tambah Gusmardi.
Dalam wawancara terpisah di Honolulu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, mengatakan Indonesia harus melihat forum APEC dalam kerangka lebih luas, yaitu bagaimana kawasan kawasan Asia Pasifik bisa menjadi bagian dari solusi dalam suasana perekonomian dunia yang tidak menentu seperti sekarang ini.
Menlu Marty mengatakan, “Di pertemuan APEC ini, negara-negara Asia Pasifik akan mencoba untuk memastikan agar kawasan ini tetap menjadi kawasan yang menggerakkan perekonomian dunia, dan juga tidak lengah, jangan sampai krisis di Eropa memberi dampak pada perekonomian Asia Pasifik.”
Menteri Marty menambahkan Asia Pasifik dapat membantu pemulihan ekonomi dunia dengan membantu dirinya sendiri, yaitu dengan memastikan bahwa kawasan ini tetap sejahtera dan perekonomiannya tetap kuat.
Puncak forum ini adalah KTT APEC tanggal 12-13 November yang akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Amerika Barack Obama dan para pemimpin negara anggota APEC lainnya.