DENPASAR, BALI —
Dalam pidatonya saat membuka APEC CEO Summit atau Pertemuan CEO APEC di Nusa Dua Bali, Minggu pagi (6/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan tiga prioritas yang ditetapkan pemerintah Indonesia.
Prioritas pertama menurut Presiden SBY adalah mewujudkan pencapaian Deklarasi Bogor. Dalam mengimplementasikan Deklarasi Bogor, negara-negara APEC telah meraih kemajuan yang pesat, yakni mengurangi tarif dari 16,9 persen di tahun 1989 menjadi 5,7 persen di 2011. Transportasi yang buruk dan prosedur bea cukai yang panjang masih menjadi tantangan pada perdagangan.
Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan prioritas kedua, seperti yang disampaikan presiden SBY. “Populasi global telah tumbuh dari hanya lebih dari lima setengah miliar orang pada tahun 1994 menjadi lebih dari tujuh miliar saat ini. Pada 2045 akan ada 9 miliar orang di seluruh dunia. Dan banyak dari peningkatan populasi akan datang dari kawasan Asia Pasifik, menempatkan beban yang besar pada pasokan energi, makanan dan air bagi rakyat kita,” kata Presiden SBY.
Prioritas ketiga menurut Presiden SBY adalah mempromosikan Konektivitas. Presiden SBY yakin bahwa APEC memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi global. Pada saat ini, ekonomi APEC mencapai 54 persen dari produk domestik bruto global dan 44 persen dari perdagangan global. Apalagi perdagangan telah tumbuh hampir tujuh kali lipat sejak tahun 1989 , mencapai lebih dari 11 triliun dolar AS pada 2011.
“Dalam 25 tahun terakhir , tarif rata-rata di APEC telah menurun hampir 70 persen . Biaya melakukan bisnis lintas batas menurun dua putaran berturut-turut dari 5 persen penurunan tarif : mengakibatkan hampir 59 miliar dolar AS dari penghematan untuk bisnis,” jelas Presiden SBY.
Ketua Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) Wisnu Wardhana mengusulkan kepada pemimpin APEC untuk focus membangunan konektivitas guna mewujukan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan di Asia-Pasifik. Selain itu pembangunan konektivitas juga harus ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
“Kita juga punya isu dalam membangun konektivitas itu infrastruktur kita ini sorted, tidak di Indonesia saja tetapi di 21 negara ekonomi APEC, jadi itu salah satu isu yang penting, kedua kita juga bicara inklusi keuangan. Disini kita juga bicara bagaimana kawasan Asia-Pasifik ini mampu kedepan mampu menjadi wilayah penggerak pertumbuhan ekonomi dunia,” kata Wisnu Wardhana.
APEC CEO Summit dihadiri oleh sekitar seribu CEO dari berbagai perusahaan nasional maupun kelas dunia. Dalam rangkaian pertemuan itu, CEO se-Asia Pasifik mendukung agar para pemimpin APEC dapat menjalankan agenda liberalisasi yang termaktub dalam Deklarasi Bogor.
Prioritas pertama menurut Presiden SBY adalah mewujudkan pencapaian Deklarasi Bogor. Dalam mengimplementasikan Deklarasi Bogor, negara-negara APEC telah meraih kemajuan yang pesat, yakni mengurangi tarif dari 16,9 persen di tahun 1989 menjadi 5,7 persen di 2011. Transportasi yang buruk dan prosedur bea cukai yang panjang masih menjadi tantangan pada perdagangan.
Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan prioritas kedua, seperti yang disampaikan presiden SBY. “Populasi global telah tumbuh dari hanya lebih dari lima setengah miliar orang pada tahun 1994 menjadi lebih dari tujuh miliar saat ini. Pada 2045 akan ada 9 miliar orang di seluruh dunia. Dan banyak dari peningkatan populasi akan datang dari kawasan Asia Pasifik, menempatkan beban yang besar pada pasokan energi, makanan dan air bagi rakyat kita,” kata Presiden SBY.
Prioritas ketiga menurut Presiden SBY adalah mempromosikan Konektivitas. Presiden SBY yakin bahwa APEC memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi global. Pada saat ini, ekonomi APEC mencapai 54 persen dari produk domestik bruto global dan 44 persen dari perdagangan global. Apalagi perdagangan telah tumbuh hampir tujuh kali lipat sejak tahun 1989 , mencapai lebih dari 11 triliun dolar AS pada 2011.
“Dalam 25 tahun terakhir , tarif rata-rata di APEC telah menurun hampir 70 persen . Biaya melakukan bisnis lintas batas menurun dua putaran berturut-turut dari 5 persen penurunan tarif : mengakibatkan hampir 59 miliar dolar AS dari penghematan untuk bisnis,” jelas Presiden SBY.
Ketua Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) Wisnu Wardhana mengusulkan kepada pemimpin APEC untuk focus membangunan konektivitas guna mewujukan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan di Asia-Pasifik. Selain itu pembangunan konektivitas juga harus ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
“Kita juga punya isu dalam membangun konektivitas itu infrastruktur kita ini sorted, tidak di Indonesia saja tetapi di 21 negara ekonomi APEC, jadi itu salah satu isu yang penting, kedua kita juga bicara inklusi keuangan. Disini kita juga bicara bagaimana kawasan Asia-Pasifik ini mampu kedepan mampu menjadi wilayah penggerak pertumbuhan ekonomi dunia,” kata Wisnu Wardhana.
APEC CEO Summit dihadiri oleh sekitar seribu CEO dari berbagai perusahaan nasional maupun kelas dunia. Dalam rangkaian pertemuan itu, CEO se-Asia Pasifik mendukung agar para pemimpin APEC dapat menjalankan agenda liberalisasi yang termaktub dalam Deklarasi Bogor.