Tautan-tautan Akses

Infeksi COVID-19 Melonjak, Korsel di Ambang ‘Lockdown’ Besar-Besaran


Antrean tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, 8 Juli 2021. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Antrean tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, 8 Juli 2021. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Ibu Kota Korea Selatan di ambang lockdown yang mungkin paling ketat pernah diberlakukannya, setelah negara itu mencatat lonjakan harian terbesar kasus virus corona.

Para pejabat hari Kamis (8/7) melaporkan 1.275 kasus infeksi baru, sebagian besar ditemukan di Seoul, di mana lebih dari separuh warga Korea Selatan bermukim.

Ini adalah jumlah kasus terkonfirmasi harian terbanyak di Korea Selatan sejak pandemi merebak.

Seoul mungkin dalam waktu dekat memberlakukan restriksi paling ketat di bawah sistem social distancing empat tingkat, kata Sohn Young-rae, pejabat senior di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, yang dikutip kantor berita Yonhap.

Restriksi level 4 dapat mencakup langkah-langkah ketat, seperti larangan pertemuan pribadi lebih dari dua orang setelah pukul 6 malam.

Salah satu tempat tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 8 Juli 2021. (AP)
Salah satu tempat tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 8 Juli 2021. (AP)

Ini akan menjadi lockdown ketat pertama bagi Seoul, di mana kehidupan sebagian besar berlangsung seperti biasa selama satu setengah tahun ini jika dibandingkan dengan di banyak tempat lain di dunia.

Korea Selatan mendapat pujian internasional atas upaya penanggulangan awalnya terhadap virus, berkat tes COVID-19 yang efisien dan tersedia luas serta pelacakan kontaknya yang intens.

Namun, negara itu tertinggal dari sebagian besar negara maju dalam mendapatkan vaksin, yang artinya negara itu terpaku dalam keadaan tidak dibuka atau ditutup sepenuhnya.

Selama beberapa pekan ini, restoran, kafe dan taman-taman luar ruang di sepanjang Sungai Han di Seoul telah ramai daripada biasanya, karena pemerintah bersiap untuk melonggarkan tindakan menjaga jarak.

Banyak yang kini mengatakan bahwa pesan itu terlalu dini, menyebabkan apa yang disebut para pejabat kesehatan sebagai gelombang keempat virus.

“Pemerintah mengirim sinyal mengenai pelonggaran aturan jarak sosial, dan masyarakat menjadi kurang waspada,” kata Dr. Jung Jae-hun, dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran di Gachon University di luar kota Seoul.

Para pejabat kesehatan mereka terutama khawatir karena virus itu menyebar di antara mereka yang berusia 20-an dan 30-an, yang kebanyakan belum memenuhi syarat untuk divaksinasi. Ada juga semakin banyak kasus varian Delta yang sangat mudah menular.

Warga antre tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 7 Juli 2021. (AP).
Warga antre tes COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 7 Juli 2021. (AP).

Wabah ini terutama berpusat di kawasan metropolitan Seoul, wilayah padat dengan lebih dari 25 juta orang penduduknya.

Para pejabat kesehatan telah mengidentifikasi infeksi klaster di beberapa sekolah persiapan masuk perguruan tinggi yang berlokasi di pinggiran Seoul, serta di sebuah restoran di dekat pusat kota Seoul.

Dalam beberapa hal, situasi di Korea Selatan mencerminkan kondisi di negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam, Thailand dan Indonesia, yang baru-baru ini menghadapi lonjakan infeksi setelah pada awalnya berhasil mengendalikan virus.

Wabah di Korea Selatan sendiri terhitung ringan dibandingkan dengan di banyak negara lain. Menurut data pemerintah, hanya sekitar 2.000 orang Korea Selatan yang meninggal karena virus, dibandingkan dengan 605 ribu di AS dan 128 ribu di Inggris.

Namun, di Inggris dan AS, vaksin telah tersedia luas selama berbulan-bulan. Di Korea Selatan, kurang dari 11 persen populasi yang telah divaksinasi penuh, kata otoritas kesehatan.

Pemerintah Korea Selatan menyatakan masih berada pada jalur untuk memvaksinasi cukup banyak orang guna mencapai imunitas kelompok pada bulan November, dan baru-baru ini mencapai beberapa kesepakatan yang dapat mempercepat laju vaksinasi.

Jung mengatakan ia mendukung langkah-langkah yang akan terus meminimalkan korban tewas di Korea Selatan.

Namun, “pemerintah tidak dapat menekan virus selamanya. Bahkan negara-negara yang tampaknya berhasil dengan kebijakan antivirus sekarang pun dalam krisis,” lanjutnya, seraya menambahkan, “Solusi akhirnya adalah mempercepat vaksinasi.” [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG