Seorang jaksa penuntut Swedia Senin (13/5) mengumumkan akan membuka kembali kasus pemerkosaan yang melibatkan pendiri Wikileaks, Julian Assange, menyusul permintaan dari pengacara salah seorang yang diduga korban. Assange ditangkap bulan lalu di Kedutaan Besar Ekuador di London, setelah negara Amerika Selatan itu membatalkan keputusan memberi suaka.
Wartawan VOA Henry Ridgwell melaporkan, Assange juga dicari-cari di Amerika atas tuduhan peretasan dan pemerintah Inggris sekarang harus memutuskan permintaan ekstradisi mana yang harus diprioritaskan.
Julian Assange dituduh melakukan pemerkosaan oleh dua perempuan setelah konferensi WikiLeaks di Stockholm pada 2011. Ia mencari suaka di kedutaan besar Ekuador di London, mengklaim tuduhan itu adalah bagian dari rencana untuk mengekstradisinya ke Amerika terkait kegiatannya memaparkan fakta-fakta. Jaksa Swedia membatalkan penyelidikan kasus itu pada 2017.
Tetapi bulan lalu Ekuador membatalkan keputusannya menawarkan suaka bagi Assange dan mengizinkan pihak berwenang Inggris ke kedutaannya di London untuk menangkap Assange. Salah seorang perempuan yang mengajukan tuduhan pemerkosaan meminta kasus itu dibuka kembali dan jaksa Swedia mengumumkannya pada hari Senin.
Eva-Maria Persson, Wakil Direktur Penuntut Umum mengatakan, "Setelah meninjau penyelidikan awal, dalam kondisi saat ini, saya menilai masih ada alasan untuk menuduh Julian Assange melakukan pemerkosaan."
Assange membantah tuduhan pemerkosaan tersebut. Dalam sebuah pernyataan, WikiLeaks mengatakan pembukaan kembali kasus ini akan memungkinkan Assange membersihkan namanya.
Swedia akan meminta ekstradisi setelah Assange menjalani hukuman penjara 50 minggu di Inggris karena melanggar pembebasan dengan jaminan.
Amerika juga telah mengeluarkan permintaan ekstradisi untuk Assange atas tuduhan peretasan komputer, terkait dengan pemaparan ribuan komunikasi militer dan diplomatik.
Menteri Dalam Negeri Inggris harus memutuskan permintaan ekstradisi mana yang harus diutamakan.
Anthony Hanretty, Pengacara Ekstradisi mengatakan, "Apakah itu meretas komputer atau hanya membagikan informasi ataukah tuduhan-tuduhan di Swedia yang dianggap paling parah. Jadi secara politis akan bergantung pada yang mana yang dianggap paling tepat oleh menteri dalam negeri."
Assange telah mengindikasikan akan menentang ekstradisi apa pun ke Amerika.
"Tidak diragukan lagi ia takut akan ditahan di sel isolasi dalam kondisi yang akan dikatakan melanggar hak asasi manusianya. Ada juga kekhawatiran kalau ia dikirim ke AS, mereka akan menambah tuduhan kepadanya begitu berda disana. Juga tergantung bagaimana AS mengemas tuduhan terhadapnya. Mereka harus menunjukkan apa yang dituduhkan kepadanya di AS bisa dianggap sebagai pelanggaran di Inggris," tambah Hanretty.
Berdasarkan hukum Swedia, batas gugatan hukum untuk kasus perkosaan itu berakhir pada Agustus tahun depan sehingga para pakar hukum mengatakan ada tekanan terhadap Inggris dan Swedia untuk mempercepat proses ekstradisi. [my]