Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan yang mengakibatkan sejumlah petugas polisi cedera dalam demonstrasi usai penikaman massal yang menewaskan tiga anak, akan "menghadapi hukuman penuh."
Southport, sebuah kota kecil di tepi pantai dekat Liverpool di barat laut Inggris, terguncang pada Rabu (31/7) setelah bentrokan yang menargetkan masjid setempat “menghina masyarakat setempat ketika mereka sedang berduka,” kata Starmer.
Sekitar 39 petugas terluka, yang mana delapan orang di antaranya terluka parah, setelah sekelompok besar massa – yang diyakini merupakan pendukung kelompok sayap kanan Liga Pertahanan Inggris (English Defence League/EDL) – melemparkan batu bata ke masjid setempat dan membakar mobil pada Selasa (30/7) malam, kata polisi setempat dan layanan ambulans.
Menurut seorang reporter kantor berita AFP di tempat kejadian, sekitar 100 orang melawan polisi dengan perlengkapan antihuru-hara dan menyalakan api.
Kekerasan terjadi tak lama setelah acara peringatan diadakan di pusat kota, di mana ratusan orang mengheningkan cipta sebagai penghormatan kepada para korban penikaman massal di acara bertema Taylor Swift. Insiden itu juga menyebabkan lima anak-anak dan dua orang dewasa terluka parah.
Polisi mengatakan mereka tidak menganggap penikaman dengan pisau pada Senin (29/7) itu terkait dengan teror. Namun, polisi belum merilis perincian apa pun tentang tersangka pelaku penyerangan selain bahwa dia berusia 17 tahun dan lahir di ibu kota Wales, Cardiff. Orang tuanya berasal dari Rwanda, menurut BBC.
"Ada banyak spekulasi dan hipotesis seputar status seorang laki-laki berusia 17 tahun... dan beberapa orang menggunakan ini untuk membawa kekerasan dan kekacauan di jalan-jalan kita," kata Asisten Kepala Polisi Alex Goss setelah bentrokan tersebut.
Dia mengatakan kekerasan itu melibatkan "banyak orang yang tidak tinggal di kawasan Merseyside atau tidak peduli terhadap masyarakat Merseyside". [ft/rs]
Forum