Hari ini, Jumat (31/1) Inggris resmi berpisah dengan Uni Eropa. Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins percaya, perekonomian negaranya akan tumbuh meski sudah “cerai” dari Uni Eropa.
“Kita percaya bahwa ekonomi Inggris akan terus tumbuh dan berkembang setelah kita meninggalkan Uni Eropa,” ujar Owen di Kantor Kedutaan Inggris, Jakarta, Jumat (31/).
Hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Owen menjelaskan hal ini dikarenakan Inggris menempati peringkat salah satu tempat terbaik untuk melakukan bisnis dan merupakan ekonomi terbesar ke-6 di dunia. Lanjutnya, Inggris juga merupakan tujuan nomor satu investasi di Eropa.
Bahkan ia mengklaim, tingkat investasi ke sektor teknologi di negaranya, saat ini lebih baik dibandingkan dengan negara adidaya teknologi seperti Amerika Serikat dan China.
“Apalagi London memiliki lebih banyak perusahaan start-up teknologi daripada kota lain. Jadi, kami yakin akan kemampuan kami untuk mengambil posisi baru kami sebagai negara yang mandiri di dunia,” ujarnya.
Lalu bagaimana dampak hubungan ekonomi dengan Indonesia pasca Brexit (British exit) ini? Owen juga sangat optimis bahwa hubungan ekonomi dengan Indonesia akan berkembang dengan baik pada masa transisi dalam 11 bulan ke depan dan pada masa yang akan datang. Menurutnya, sejauh ini belum akan ada perubahan perjanjian perdagangan pasca Brexit tersebut.
“Inggris dan Indonesia sudah berbisnis dengan persyaratan WTO. Jadi hubungan perdagangan kami tetap sama. Kami telah menandatangani perjanjian yang mirip dengan perjanjian UE tentang kayu legal, untuk menjamin keberlangsungan, dan kami telah meluncurkan Tinjauan Perdagangan Bersama, untuk mencari tahu di mana peluang masa depan kita berada. Brexit akan melihat Inggris berusaha untuk memperkuat kemitraan kami, membangun fondasi kuat kami di seluruh dunia - yang hanya bisa menjadi hal yang baik untuk Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, terkait kebijakan sawit (crude palm oil) Indonesia yang selama ini mendapatkan kampanye merugikan dari Uni Eropa, Owen mengatakan bahwa pasca melewati masa transisi Brexit ini, ada kemungkinan pihaknya akan mengkaji kerjasama dalam perdagangan sawit dengan Indonesia.
“Setelah kami sepenuhnya keluar dari Uni Eropa, kami akan mengkaji kembali hal tersebut (kesepakatan perdagangan sawit). Kami tahu, betapa pentingnya perdagangan sawit untuk Indonesia," ujarnya.
Selain di bidang ekonomi, menurut Owen Indonesia juga bisa mengambil keuntungan lain pasca Brexit ini. Pemerintah Inggris, kata Owen sudah mengambil langkah strategis sebagai negara yang semakin terbuka bagi seluruh dunia. Ia mencontohkan, bahwa mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang menempuh pendidikan di Inggris, bisa tinggal dan bekerja di Inggris selama dua tahun lamanya setelah lulus, padahal sebelumnya hanya diperbolehkan tinggal dan bekerja di Inggris dalam waktu beberapa bulan saja.
“Kita ingin lebih banyak pelajar atau mahasiswa/mahasiswi Indonesia datang dan mengambil keuntungan dengan belajar di Universitas kelas dunia yang ada di Inggris. Kita juga ingin memperkuat perdagangan, investasi, dan hubungan politik dan hubungan kerjasama lainnya dengan Indonesia. Kita melihat semua potensi itu ada, dan saya tidak sabar untuk mengambil kesempatan itu,” jelasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi CORE Indonesia, Moh Faisal, mengatakan dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa ini tidak terlalu berpengaruh khususnya terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, perekonomian Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh negara-negara seperti China, Asia Timur, ASEAN dan Amerika Serikat.
Meski begitu, Indonesia harus tetap waspada bagaimana perekonomian Britania Raya itu pasca keluar dari Uni Eropa, karena kalau perekonomiannya mengalami perlambatan maka otomatis ekspor Indonesia ke Inggris atau Eropa akan menjadi berkurang.
“Adapun dampak yang bisa terjadi apabila kemudian kalau aftermath dari Brexit bagi Inggris dan Uni Eropa, kalau aftermath-nya berdampak misalkan slowing down pertumbuhan ekonomi Inggris, atau juga Eropa setelah lepas dari Inggris, itu berarti dampaknya kepada posisi perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa dan Inggris. Jadi kalau mereka mengalami slow down, potensi ekspor kita ke Uni Eropa dan Inggris berarti berkurang.Jadi, dampaknya kepada kinerja ekspor kita,” jelas Faisal kepada VOA.
Ditambahkannya, Indonesia bisa mengambil keuntungan dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Beberapa potensi kebijakan perdagangan yang selama ini sulit dilakukan dengan Uni Eropa, mungkin bisa akan bisa dilakukan dengan Inggris pada masa depan.
“Mungkin ada sisi positifnya bagi Indonesia. Misalkan begini, selama ini kan kita dengan Uni Eropa ada beberapa permasalahan perdagangan, termasuk kesulitan produk sawit dan turunannya untuk masuk ke pasar Uni Eropa, karena ada sentimen kampanye negatif terhadap sawit yang dinilai tidak sesuai dengan pelestarian lingkungan. Ini kalau dengan lepasnya Inggris kan berarti tidak musti patuh terhadap kesepakatan negara-negara Uni Eropa untuk mem-banned sawit. Jadi ini artinya kita dengan Inggris bisa punya kesepakatan baru ya tentang sawit,” tambahnya.
Sebelumnya, minggu ini adalah minggu bersejarah bagi Britania Raya dan Uni Eropa, karena hari ini, Jumat (31/1) pukul 11 malam waktu Inggris, Tengah malam di Brussel, atau pukul 6 pagi hari Sabtu (1/2) Waktu Indonesia Bagian Barat, Pemerintah Inggris akan memenuhi janji kepada rakyatnya yang telah melakukan pemungutan suara tiga tahun yang lalu untuk meninggalkan Uni Eropa.
“Meninggalkan Uni Eropa adalah kesempatan bagi kami untuk menunjukkan definisi sebenarnya dari Global Britain. Global Britain berarti pemerintah Inggris yang bervisi global, membina hubungan baru dengan Uni Eropa, bahkan hubungan yang lebih kuat dengan negara-negara seperti Indonesia,” jelas Owen. [gi/lt]