Sebuah badan penegak hukum Rusia meminta Inggris memberikan bantuan hukum dalam kasus peracunan Yulia Skripal.
Yulia dan ayahnya, mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal, jatuh sakit awal bulan ini setelah diracun dengan gas saraf di kota Salisbury, Inggris. Mereka berdua masih dalam kondisi kritis.
Komite Rusia tersebut meminta para investigator Inggris agar mengambil sejumlah langkah yang bertujuan untuk menentukan latar belakang peracunan itu dan untuk memberikan salinan sejumlah materi dari penyelidikan mereka.
Para pejabat Inggris menuding Rusia bersalah atas serangan itu, dengan mengatakan kasus itu melibatkan racun saraf Novichok yang dikembangkan pertama kali oleh militer Soviet.
Rusia menyangkal bertanggung jawab dan menuduh serangan itu dilakukan oleh dinas-dinas intelijen Inggris untuk memburuk-burukkan Rusia. Inggris membantah tuduhan itu.
Polisi Inggris memberi info terbaru mengenai penyelidikan itu hari Rabu, dengan mengatakan bahwa setelah pemeriksaan forensik, para detektif meyakini kedua korban pertama kali bersentuhan dengan racun itu di pintu depan rumah mereka. Polisi memperingatkan bahwa warga di sekitar rumah keluarga Skripal akan melihat penyelidikan terus berlangsung namun risiko racun itu bagi masyarakat tetap rendah.
Sejauh ini, polisi mengatakan telah memeriksa 5.000 video kamera keamanan, mempelajari lebih dari 1.350 objek lainnya dan mewawancarai ratusan saksi mata.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Theresa May memuji “tanggapan sangat kuat” dari Amerika Serikat, yang memerintahkan pengusiran 60 diplomat Rusia setelah Moskow dituding bersalah atas serangan tersebut.
Gedung Putih menyatakan “kedua pemimpin sepakat mengenai pentingnya membongkar jaringan mata-mata Rusia di Inggris dan Amerika Serikat untuk membendung aktivitas rahasia Rusia dan mencegah serangan dengan senjata kimia lainnya pada masa mendatang di wilayah negara masing-masing.” [uh].