Sekurangnya delapan orang tewas dan puluhan lebih lainnya cedera , hari Selasa ketika seorang pria mengemudikan truk sewaan ke jalur sepeda yang sibuk di kota New York.
"Berdasarkan informasi yang kami miliki saat ini, ini adalah aksi teror, dan tindakan teror yang sangat pengecut yang ditujukan kepada warga sipil yang tidak berdosa," kata Walikota New York Bill de Blasio pada konferensi pers.
Gubernur New York Andrew Cuomo menyebutnya serangan "tunggal", dan mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ini adalah bagian dari rencana yang lebih luas. Insiden tersebut terjadi di dekat peringatan World Trade Center di daerah lower Manhattan.
Komisaris Polisi New York James O'Neill mengatakan sekitar pukul 03.05 sore waktu setempat, seorang pria yang mengendarai truk pickup sewaan masuk ke jalur sepeda, menabrak pengendara dan pejalan kaki. Truk itu juga menabrak bis sekolah, mencederai dua orang dewasa dan dua anak.
Pria itu kemudian "keluar dari truk itu sambil mengacungkan dua pistol," kata O'Neill. Sebuah pistol mainan paintball dan pistol karet kemudian ditemukan di tempat kejadian. Ia ditembak di bagian perut oleh polisi dan ditahan.
Laki-laki itu menjalani operasi dan diperkirakan bisa bertahan hidup.
Kementrian luar negeri Argentina mengatakan lima warganya termasuk di antara yang tewas. Sebuah pernyataan mengidentifikasi mereka sebagai penduduk asli kota Rosario, yang berada di New York bersama satu kelompok untuk merayakan 30 tahun lulus sekolah.
Wakil Perdana Menteri Belgia Didier Reynders mengatakan satu orang Belgia tewas dalam serangan tersebut.
Polisi mengatakan pengemudi itu meneriakkan "Allahu Akbar ketika keluar dari truk itu. Tetapi ketika O'Neill ditanya apakah tersangka tersebut meneriakkan kata-kata tersebut, ia menjawab:" Ya, Ia memang membuat pernyataan ketika keluar kendaraan, '' namun enggan menjelaskannya.
Departemen Kepolisian New York mengatakan mereka akan meningkatkan jumlah polisi di seluruh kota "sebagai tindakan yang extra hati-hati"
Seorang pejabat penegak hukum,yang berbicara tanpa mau disebut namanya mengatakan kepada media tersangka adalah seorang imigran usia 29 tahun dari Uzbekistan bernama Sayfullo Saipov, yang masuk ke Amerika pada tahun 2010.
Institut Cato mengatakan kepada VOA hanya sekitar 40.000 warga Uzbekistan yang datang ke Amerika sebagai migran dalam 20 tahun terakhir,dari jumlah tersebut hanya dua persennya yang masuk sebagai pengungsi.
David Bier, seorang analis kebijakan di lembaga riset yang bermarkas di Washington yakin ini pertama kalinya seorang warga Uzbekistan membunuh di Amerika dalam sebuah serangan teroris.
Sampai bulan Maret 2017, tiga warga Uzbekistan telah dihukum karena melakukan pelanggaran teroris. Ulugbek Kodirov masuk sebagai pemegang visa pelajar tahun 2008 dan kemudian diradikalisasi di Internet, di jatuhi hukuman karena mengancam akan membunuh Presiden Obama pada tahun 2011. Fazliddin Kurbanov yang masuk sebagai pengungsi tahun 2009 berusaha membuat bom untuk sebuah serangan tahun 2013. Abdurasul Juraboev yang berimigrasi setelah memenangkan undian kartu hijau pada tahun 2011 dihukum karena mencoba bergabung dengan ISIS di Suriah tahun 2015.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden Donald Trump telah diberitahu mengenai insiden tersebut dan akan terus diberitahu dengan lebih banyaknya rincian yang diketahui. "Harapan dan doa kita bersama semua yang terkena dampak," katanya.
Trump kemudian men-tweet, "Kita tidak boleh membiarkan ISIS kembali, atau masuk, ke negara kita setelah mengalahkan mereka di Timur Tengah dan di tempat lain. Cukup!" kemudian disusul pesan : "Saya baru saja memerintahkan kantor Keamanan Dalam Negeri untuk meningkatkan Program Pemeriksaan kita yang sudah Ekstrim. Benar secara politik baik, tapi tidak untuk ini!" [my]