Untuk menyelamatkan diri dari daerah konflik, para pengungsi meninggalkan segalanya.
Pengungsi itu tangguh, tapi bagian penting dari perjalanan mereka adalah menyesuaikan diri dengan tempat tinggal mereka yang baru.
Dalam diskusi panel hari Kamis (16/6) di Washington, DC, tentang pemukiman kembali pengungsi, para pendukung membahas pentingnya pemerintah daerah menjadi bagian dalam membantu para pendatang akrab dengan lingkungannya yang baru.
"Karena pemukiman kembali para pengungsi menyangkut kepentingan global, diperlukan adanya penyelesaian yang bisa berlangsung lama. Ini bukan waktu untuk menarik diri, melainkan kesempatan untuk menjadi contoh," kata Winnie Stachelberg, wakil presiden eksekutif urusan eksternal pada Center for American Progress.
Kota-kota seperti Fargo, di North Dakota, tidak "menarik diri”.
Menurut walikotanya, Tim Mahoney, masyarakat bersama-sama menyambut dan membantu pengungsi membangun kehidupan baru.
"Kami memiliki kota yang bagus dan sedang tumbuh. Kita juga punya perekonomian yang baik," kata Mahoney. Ia menambahkan setiap tahun sekitar 500 pengungsi pindah ke Fargo.
Mahoney mengatakan, di kota itu ada 33 bisnis yang saling bersaing untuk mempekerjakan pendatang baru itu.
Fargo mengupayakan program bus murah untuk membantu transportasi para pekerja. Sebuah badan penghubung dengan polisi dibentuk untuk membantu pengungsi merasa nyaman dengan cara penegakan hukum lokal, dan pusat komunitas memberikan pelajaran Bahasa Inggris untuk membantu warga baru mengatasi hambatan bahasa.
Mahoney mengatakan, pengungsi membawa banyak hal baru bagi masyarakat seperti budaya, makanan dan agama. Kota berpenduduk sekitar 250.000 orang itu telah berkembang selama 15 tahun dan dalam lima tahun ke depan, Mahoney mengatakan kota itu akan menyediakan 30.000 lapangan pekerjaan baru. [ps/ii]