Dunia ini, yang sudah berjuang melawan pandemi global dan tantangan terhadap sistem dan lembaganya yang sudah mapan, kemungkinan besar tidak akan menemukan ketenangan dalam 20 tahun ke depan, menurut laporan baru analis intelijen Amerika. Sebaliknya, mereka meramalkan, lembaga dan sistem yang selama ini mendominasi kejadian global sejak PD ke-2, akan kewalahan menghadapi “tantangan global yang berlapis” termasuk perubahan iklim, penyakit, krisis finansial, dan teknologi yang semakin melangkah maju.
“Tantangan-tantangan ini akan berulang kali menguji ketahanan dan kemampuan masyarakat, negara-negara, dan sistem internasional beradaptasi. Acapkali uji ini akan melampaui kemampuan sistem dan model yang ada,” laporan itu memperingatkan. Ditambahkan, beberapa perkembangan “bisa bersifat bencana.”
Salah satu tantangan paling genting yang diidentifikasi dalam laporan itu adalah perubahan iklim, yang diduga secara bertahap selama dua dekade ke depan akan meningkat dan mengakibatkan kenaikah suhu, kenaikan permukaan laut, dan cuaca lebih ekstrem di semua negara. Akan ada lebih banyak badai, tornado, dan banjir. Negara-negara miskin dan berkembang akan paling menderita, dan ketidakmampuan pemerintahan mereka untuk menyesuaikan dan menanggapi bisa mengakibatkan gelombang migrasi yang baru. Pada gilirannya, menurut laporan itu, akan menguras sumber daya dan kapasitas negara-negara tujuan.
Keprihatinan lain yang kritis adalah kecenderungan semakin besar negara-negara bereaksi terhadap dunia yang canggih secara teknologi, semakin terhubung satu sama lain, tetapi menyaksikan perpecahan. Dunia “akan terhubung oleh konektivitas, dan sekaligus terpecah ke berbagai arah,” kata laporan itu. “Masyarakat akan semakin terpecah sementara orang mencari keamanan dengan kelompok berpikiran sama berdasarkan identitas yang sudah terbentuk dan juga yang baru.”
Tren itu akan diperparah oleh proliferasi teknologi, seperti intelijen artifisial, yang akan memudahkan pemerintahan, kelompok, dan malahan bisnis membentuk opoini publik, baik berupa kampanye untuk memengaruhi atau operasi disinformasi.
Analis mengatakan, faktor lainnya yang akan membentuk dunia dalam 20 tahun ke depan adalah persaingan kekuasaan antara AS dan China. “Persaingan antara AS dan China mungkin akan menentukan parameter-parameter bagi lingkungan geo-politik dalam dekade-dekade mendatang, dan memaksakan pilihan nyata pada aktor-aktor lain,” kata laporan itu.
Dalam skenario paling optimistis, analis intelijen mengantisipasi AS dan sekutu demokratiknya bertahan, sebagian disebabkan musuh-musuh seperti China dan Rusia menghadapi kendali sosial semakin besar yang akan melumpuhkan inovasi.
Skenario yang mereka sebut “Renaissance of Democracies” atau “Kebangkitan Demokrasi” akan menyaksikan pihak Barat berkembang maju karena teknologi canggih, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan semakin tinggi, yang akan mengurangi ketegangan sosial.
Namun para analis juga mengantisipasi skenario di mana China berhasil memperkuat diri sebagai kekuatan yang memimpin, dan barangkali dominan, dan di mana dunia terpecah, dikuasai kekuatan kawasan yang “terfokus pada kemandirian, keuletan, dan pertahanan.”
Dalam salah satu skenario terburuk, kekurangan pangan dan desas-desus memicu gelombang kekerasan yang akan menjatuhkan para pemimpin dan rezim di seluruh dunia, dan mendorong peralihan alokasi kekayaan dan sumber daya. [jm/ka]