Pemerintah Irak, Kamis (15/8), melarang semua penerbangan tanpa izin di kawasan udara negara itu, dan memerintahkan semua kamp militer dan gudang senjata dipindahkan ke luar kota.
Keputusan itu dikeluarkan setelah terjadinya ledakan hebat di sebuah gudang senjata di barat daya Baghdad yang menewaskan satu orang dan melukai 13 lainnya minggu ini.
Penyebab ledakan pada Senin (12/8) malam di pangkalan militer al-Saqr yang menggoncang Ibu Kota Irak itu belum diketahui. Bahan peledak dan peluru mortir tampak berhamburan ke udara, merusak banyak rumah dan mengakibatkan penduduk berlarian ke jalan-jalan. Asap hitam tampak mengepul di atas Baghdad sampai beberapa jam kemudian.
Ledakan itu memicu berbagai teori, termasuk kemungkinan ledakan itu disebabkan serangan udara Israel. Israel telah menyerang pangkalan-pangkalan militer Iran di Suriah dan ada spekulasi bahwa Israel mungkin sedang memperluas serangannya atas pangkalan-pangkalan militer Iran di Irak. Tapi pemerintah Irak dan Israel belum memberi komentar tentang spekulasi itu.
Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi memerintahkan penyelidikan tuntas atas ledakan gudang senjata itu, dan memerintahkan pembatalan semua izin terbang di Irak, kecuali diberi izin khusus oleh panglima angkatan bersenjata. Larangan terbang itu menyebut pesawat pengintai, jet tempur dan helikopter, dan semua jenis drone atau pesawat tanpa awak.
Pelanggaran larangan terbang itu akan dianggap “sebagai penerbangan musuh dan akan dihadapi langsung oleh sistem pertahanan udara kami,” kata Abdul Mahdi.
Pasukan Mobilisasi Rakyat atau PMF yang didukung Iran bertempur di samping pasukan reguler Irak untuk melawan ISIS.
Abu Alaa al-Walae, komandan PMF menyebut keputusan Abdul Mahdi itu sebagai larangan beroperasinya pesawat drone milik Amerika di kawasan udara Irak sebagai keputusan (yang) berani. [ii/pp]