Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi hari Senin (24/12) mengatakan tentara Irak mungkin akan ditempatkan di Suriah, dampak terbaru keputusan Amerika untuk mundur dari negara yang dikoyak perang itu.
Abdul-Mahdi mengatakan pemerintahnya ‘’sedang mempertimbangkan semua opsi’’ untuk melindungi Irak dari ancaman di sepanjang perbatasannya. Pernyataan ini disampaikan beberapa hari setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika akan meninggalkan Suriah.
Irak kini mempertahankan pasukannya di sepanjang perbatasan untuk mencegah kemungkinan infiltrasi militan ISIS, yang masih menguasai satu wilayah di Sungai Efrat.
Dengan mundurnya Amerika dari Suriah berarti Pasukan Demokratik Suriah SDF yang dipimpin Kurdi dan selama ini menjadi sekutu, akan berjuang sendirian untuk melawan ISIS. SDF juga berpotensi terpapar aksi militer Turki, yang telah mengatakan bahwa kelompok itu terkait dengan organisasi separatis Kurdi yang beroperasi di sepanjang perbatasan Turki.
Pejabat-pejabat SDF mengingatkan bahwa mereka akan mengalihkan sumber daya dari pertempuran melawan ISIS menjadi upaya mempertahankan diri dari Turki, dengan mengumpulkan kekuatan di sepanjang perbatasan.
Sejumlah analis mengatakan pemerintah Suriah juga dapat melakukan campur tangan ketika melihat kesempatan untuk membawa wilayah timur laut yang selama ini dikuasai SDF, kembali berada di bawah kekuasannya.
Dalam konferensi pers hari Senin, Abdul-Mahdi mengatakan Irak khawatir ISIS akan kembali memperluas cakupannya di medan tempur itu. Ia juga menyampaikan keprihatinan tentang gelombang pengungsi Suriah yang kini berada di Irak.
Perdana Menteri Abdul-Mahdi hari Sabtu (22/12) telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo tentang penarikan diri Amerika dari Suriah itu. (em)