Teheran tetap terbuka untuk melanjutkan perundingan dengan Washington mengenai pemulihan keterlibatan mereka dalam perjanjian nuklir, kata penjabat menteri luar negeri Iran kepada majalah Newsweek, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Selasa (16/7).
Pernyataan Ali Bagheri Kani itu disampaikan saat ia bersiap untuk menyampaikan pidato di hadapan Dewan Keamanan PBB di New York.
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump pada tahun 2018 menarik diri dari perjanjian nuklir antara Iran dan enam negara adikuasa dunia, yang membatasi program nuklir Teheran.
Perbincangan tidak langsung antara AS dan Teheran untuk memulihkan perjanjian itu menemui jalan buntu. Iran sendiri masih menjadi bagian dari perjanjian tersebut, akan tetapi kini sudah mengurangi komitmennya menyusul sanksi yang dijatuhkan AS terhadapnya.
Newsweek melaporkan: “Di bidang kebijakan luar negeri, ia (Bagheri Kani) mengatakan bahwa Teheran masih terbuka untuk melanjutkan negosiasi dengan Washington guna memulihkan keterlibatan bersama dalam perjanjian nuklir.”
Meski demikian, Iran juga memiliki niat untuk membina hubungan yang lebih erat dengan China, Rusia dan negara-negara tetangganya, menurut Newsweek yang mengutip pernyataan Kani. Iran juga akan menyerukan tindakan yang lebih besar terhadap Israel sehubungan dengan perang di Gaza, ungkapnya.
Pemerintahan Biden mengatakan pekan lalu bahwa Amerika Serikat belum siap melanjutkan perundingan nuklir dengan Iran di bawah kepemipinan presidennya yang baru.
Bagheri Kani menjadi penjabat menteri luar negeri Iran setelah Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian tewas dalam kecelakaan helikopter bersama Presiden Ebrahim Raisi pada Mei lalu.
Rakyat Iran memilih Masoud Pezeshkian sebagai presiden baru mereka, seorang sosok moderat yang mengaku akan mempromosikan kebijakan luar negeri yang pragmatis dan meredakan ketegangan dengan negara-negara yang terlibat dalam perjanjian nuklir tahun 2015. [rd/ab]
Forum