Direktur program nuklir Iran, Senin (10/2) mengatakan dibunuhnya seorang jenderal senior Iran oleh AS telah melemahkan perang melawan kelompok ekstremis ISIS di kawasan.
Ali Akbar Salehi mengatakan dalam pertemuan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina bahwa serangan drone bulan lalu yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani menunjukkan “pemerintah AS belum menyadari kenyataan di lapangan.”
Washington menarget Soleimani, yang memimpin pasukan elit Iran, Quds, dengan alasan ia merencanakan serangan terhadap warga Amerika. Sebagai komandan Quds, Soleimani juga mengkritisi upaya-upaya mengerahkan milisi di Irak untuk memerangi ISIS, dan Salehi menyebut Soleimani sebagai “unsur paling penting dalam memerangi ISIS.”
Teheran membalas pembunuhan terhadap Soleimani itu dengan melancarkan serangkaian misil terhadap dua pangkalan militer Irak yang ditempati pasukan Amerika. Tidak ada korban dalam serangan balasan itu. Namun Salehi menekankan bahwa Iran bersiap-siap melakukan lebih banyak lagi.
AS bulan lalu menambahkan sanksi-sanksi terhadap Organisasi Energi Atom Iran yang dipimpin Salehi dan Salehi sendiri, membekukan aset apapun yang dimiliki Salehi di dalam jurisdiksi AS.
Di Wina, Menteri Energi AS Dan Brouillette memusatkan pernyataannya mengenai program nuklir Iran, dengan mengatakan Teheran masih belum memberi jawaban kepada IAEA mengenai temuan partikel-partikel uranium di sebuah gudang di dekat ibukota Iran.
“Kami meminta Iran agar bekerjasama penuh dengan IAEA dalam pemantauan dan pemeriksaan fasilitas-fasilitas Iran, dan dalam menjawab semua pertanyaan IAEA,” ujarnya. [uh/ab]