Presiden Iran Ebrahim Raisi, pada Kamis (22/9), mengatakan pencabutan sanksi merupakan faktor penting dalam menentukan hasil kesepakatan nuklir Republik Islam Iran dengan kekuatan dunia.
“Kami menggarisbawahi bahwa perjanjian ini harus dipatuhi. Harus serempak dengan kemungkinan resolusi berdimensi militer atau lainnya. Sungguh tidak ada artinya ketika kita bicara untuk mencapai kesepakatan, tetapi sesungguhnya apa yang kita rundingkan? Untuk menyelesaikan masalah yang luar biasa. Ini menjadi salah satu isu penting yang paling menonjol.”
Raisi menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di New York pada Kamis.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyampaikan keprihatinan atas kurangnya keterlibatan Iran dalam penyelidikan yang menjadi titik sulit dalam upaya menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015.
Raisi menekankan bahwa perundingan harus didasarkan pada jaminan. “Jaminan (dari) Amerika Serikat. (Kami) perlu jaminan itu karena pengalaman pahit atas perilaku Amerika. Mereka melakukan tindakan sepihak dan ilegal dengan meninggalkan perjanjian yang telah ditandatangani, menginjak-injak komitmen yang mereka tanda tangani sendiri,” tegas Raisi.
Raisi menambahkan dampak pada harga minyak global dipengaruhi oleh pemutusan pasokan minyak Rusia ke pasar dunia. “Kami tidak dapat menentukan secara realistis dan berbicara tentang harga gas atau minyak dari satu produsen dan mengatakan hal ini tidak akan mempengaruhi harga dan kondisi pasar produsen lain.”
Raisi juga bicara tentang kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun dalam tahanan polisi, setelah ditangkap oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Bentrokan antara pasukan keamanan Iran dan demonstran yang marah atas insiden itu sejak akhir pekan lalu telah menewaskan sedikitnya sembilan orang. Raisi menegaskan bahwa insiden itu “harus diselidiki.” [em/jm]
Forum