Dalam setahun ini, puluhan ribu orang, laki-laki dan perempuan, dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke Suriah, Irak dan kini Libya untuk bertempur bersama kelompok militan yang menyebut diri sebagai ISIS. Dan setelah 11 tenaga medis asing pindah ke suatu daerah di Suriah yang dikuasai ISIS pada pertengahan Maret, sebagian analis mengatakan menempatkan orang asing di garis depan adalah bagian dari strategi jangka panjang kelompok tersebut.
Di perbatasan Turki dengan Suriah, anggota Parlemen Turki Mehmet Ali Ediboglu mengatakan ia menghubungi keluarga 11 dokter dan mahasiswa kedokteran yang menyelinap masuk ke wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah.
Ediboglu mengatakan keluarga-keluarga itu, dari Inggris, Amerika, Sudan dan Kanada masih berharap anak-anak mereka pergi ke Suriah untuk membantu merawat warga sipil, bukan teroris. Tetapi sebagian analis mengatakan ISIS kemungkinan merekrut dokter-dokter yang berbicara bahasa Inggris sebagai bagian dari rencana untuk lebih memperkuat pasukan pejuang asing kelompok itu, yang sudah berjumlah puluhan ribu.
Sameh Seif Elyazal, Kepala Pusat Kajian Politik dan Keamanan Al Gomhouria di Mesir mengatakan, "Mungkin ini adalah arah baru yang harus dipantau cermat karena kini mereka telah merekrut orang-orang berpendidikan."
Ia menambahkan, sebagian besar orang asing yang direkrut itu telah mengalami proses cuci-otak, dengan memanfaatkan semangat keagamaan ditambah ketidak-tahuan dan kadang-kadang oleh keinginan akan petualangan berdarah, serta tergiur kampanye perekrutan lewat internet.
Mereka yang bergabung, dan kemudian menyesal, menurut Elyazal, tidak bisa berbuat apa-apa, dan sudah hampir 2.000 orang yang direkrut dari Asia, negara-negara Arab dan Eropa, tewas.
Kalau mereka ingin keluar, Elyazal mengatakan, "Mereka bilang 'Tidak ada jalan keluar. Kalau kamu pergi, kamu akan kami bunuh. Dan mereka membunuh orang itu di depan yang lain, untuk mengancam supaya orang lain jangan berpikir akan pulang, kecuali bila mereka ingin mengirim orang itu untuk tugas khusus."
"Tugas-tugas" inilah yang paling menakutkan dunia, kata Elyazal, menimbulkan krisis keamanan dunia karena kemungkinan pejuang ISIS itu pulang ke tanah air mereka untuk melakukan serangan teroris.
Daniel Wagner, kepala perusahaan keamanan Country Risk Solutions yang berpusat di Amerika, mengatakan strategi ini hampir mustahil dicegah pihak berwenang.
"Bagaimana kalau orang-orang ini mengganti paspor? Bagaimana kalau mereka mengubah identitas? Ini menimbulkan masalah lama: petugas keamanan harus selalu benar 100 persen, tetapi mereka yang menginginkan kekacauan perlu benar satu kali saja," ujarnya.
Bahaya ini mungkin berkurang dengan laporan-laporan bahwa banyak pejuang asing mati di medan tempur atau sebagai penyerang bunuh diri.