Pemungutan suara sedang berlangsung di Uzbekistan hari Minggu (29/3) di mana Presiden Islam Karimov hampir pasti terpilih kembali untuk masa jabatan keempat. Ia telah memerintah negara itu selama 25 tahun.
Tiga orang lain juga mencalonkan diri sebagai presiden, tetapi mereka malah berkampanye untuk Karimov yang berkuasa, dan menyebutnya "kandidat terbaik." Tidak ada oposisi di negara miskin tersebut.
Berdasar konstitusi Uzbekistan, jabatan presiden dibatasi dua periode berturut-turut. Setelah pemilu terakhir, Presiden Karimov, usia 77 tahun, mengatur amandemen konstitusi, mengurangi masa jabatan presiden dari tujuh menjadi lima tahun.
Pemantau internasional mengatakan pejabat-pejabat Uzbek telah membenarkan keputusan Karimov untuk terus mencalonkan diri sebagai presiden dengan menyatakan lama masa jabatan yang berbeda tidak bisa dianggap berturut-turut.
Puluhan pemantau internasional berdatangan ke negara di Asia Tengah itu untuk mencermati jalannya pemungutan suara. Uzbekistan belum pernah mengadakan pemilu yang dianggap Barat sebagai bebas dan adil.
Human Rights Watch menggambarkan catatan HAM Uzbekistan "mengerikan." Organisasi-organisasi HAM mendesak Amerika dan Uni Eropa agar mempertimbangkan kembali hubungan dengan Uzbekistan, tetapi letak negara itu yang strategis sejauh ini mendukung operasi militer pimpinan Amerika di Afghanistan.
