Sebuah serangan udara Israel di Lebanon selatan menewaskan tiga paramedis dari kelompok militan Hizbullah pada Senin (4/3), demikian laporan media pemerintah di Lebanon, beberapa jam setelah serangan rudal yang dituduhkan dilakukan oleh militan tersebut menewaskan sedikitnya satu pekerja asing di Israel utara.
Serangan itu terjadi ketika utusan khusus AS Amos Hochstein tiba di Beirut untuk bertemu dengan para pejabat Lebanon.
Utusan AS itu mendesak agar kedua pihak menahan diri di sepanjang wilayah perbatasan Israel dan Lebanon, ketika perang yang sedang berlangsung di Gaza memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Hochstein memperingatkan bahwa meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dapat tercapai, hal itu tidak berarti menghentikan permusuhan yang berlangsung di sepanjang perbatasan Israel dengan Lebanon. Ia juga memperingatkan risiko meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah terlibat dalam baku tembak yang melintasi perbatasan selama perang tersebut. Hizbullah sendiri merupakan sekutu Hamas.
“Eskalasi kekerasan bukanlah kepentingan siapa pun, dan tidak ada perang terbatas,” kata Hochstein kepada wartawan setelah bertemu dengan ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang dekat dengan Hizbullah.
Utusan khusus AS itu mengatakan bahwa gesekan di perbatasan selatan Lebanon telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini terjadi ketika perang Israel-Hamas di Gaza memasuki bulan kelima.
Sebelumnya pada hari Senin, Wakil Ketua Hizbullah Naim Kassem menegaskan kembali bahwa kelompok milisi yang didukung Iran itu, yang bertindak untuk mendukung Palestina dan Hamas, akan menghentikan serangannya terhadap Israel setelah serangan Gaza berakhir.
“Hentikan serangan terhadap Gaza dan perang akan berakhir di wilayah tersebut,” kata Kassem pada hari Senin dalam pidatonya di markas Hizbullah di selatan Beirut yang dihadiri oleh ulama Muslim dari beberapa negara di kawasan itu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan tidak akan ada penghentian tindakan Israel terhadap Hizbullah meskipun gencatan senjata di Gaza berhasil dicapai.
Hochstein dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat dan politisi lainnya selama kunjungannya ke Beirut.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk mengedepankan solusi keamanan jangka panjang yang dicapai melalui proses diplomatik,” katanya kepada wartawan setelah bertemu Berri. Dia mengatakan langkah seperti itu akan memungkinkan puluhan ribu warga Lebanon dan Israel yang mengungsi akibat konflik “untuk kembali dengan selamat” ke rumah mereka.
Para diplomat Barat telah mengajukan serangkaian proposal untuk penghentian permusuhan antara Israel dan Hizbullah, yang sebagian besar akan bergantung pada Hizbullah untuk memindahkan pasukannya tujuh hingga 10 kilometer jauhnya dari perbatasan antar kedua negara.
Wakil ketua parlemen Lebanon, Elias Bou Saab, kepada kantor berita Reuters mengatakan ia meyakini bahwa waktu kunjungan Hochstein menandakan kemajuan dalam upaya mediasi di Kairo mengenai gencatan senjata di Gaza.
Amerika Serikat telah meningkatkan tekanan untuk pencapaian gencatan senjata di Gaza dan seruan agar lebih banyak pengiriman bantuan masuk ke daerah kantong Palestina yang terkepung tersebut.
Kassem sendiri menyalahkan Amerika Serikat dalam pidatonya pada hari Senin karena menggunakan hak vetonya sebanyak tiga kali untuk mencegah resolusi di Dewan Keamanan PBB guna mengakhiri perang di Gaza.
“Kami telah menyatakan dengan jelas bahwa siapa pun yang ingin menjadi mediator harus melakukan mediasi untuk menghentikan agresi,” kata Kassem. Dia menambahkan bahwa mereka yang tidak ingin perang meluas di wilayah tersebut harus mengatasi penyebabnya “yaitu agresi brutal dan kriminal yang dilakukan Amerika dan Israel terhadap Gaza.”
Para pejabat Israel mengancam perang yang lebih luas di Lebanon jika Hizbullah tidak menarik pejuang elitnya di wilayah utara Sungai Litani Lebanon sebagaimana ditetapkan dalam gencatan senjata tahun 2006 yang mengakhiri perang Israel-Hizbullah selama 34 hari.
Sejak perang Israel-Hamas dimulai di Gaza pada 7 Oktober, lebih dari 215 pejuang Hizbullah dan hampir 40 warga sipil tewas di pihak Lebanon, sementara sembilan tentara dan 10 warga sipil tewas dalam serangan di Israel. [my/lt]
Beberapa informasi dalam artikel ini diambil dari Reuters, The Associated Press dan Agence France-Presse.
Forum