Israel mengakhiri latihan militer terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir, Rabu (19/6), yang melibatkan ribuan tentara dari angkatan laut, darat dan udara.
Latihan perang selama empat hari itu merupakan simulasi perang dengan kelompok militan Hizbullah yang dikhawatirkan Israel akan dilibatkan Iran dalam ketegangan yang meningkat di Teluk Persia.
Militer Israel mengatakan, latihan itu telah direncanakan jauh-jauh hari dan terfokus pada koordinasi seluruh cabang militernya dalam menghadapi kemungkinan munculnya ancaman di bagian utara Israel.
Latihan ini mencakup pengerahan besar-besaran pesawat nirawak dan jet-jet tempur siluman F-35 untuk persiapan menghadapi serangan misil dan inflitrasi bawah tanah dari Lebanon.
Iran baru-baru ini mengumumkan akan mengakhiri kepatuhannya terhadap kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar dunia menyusul pemberlakuan kembali sanksi-sanksi ekonomi AS yang melumpuhkan ekonominya. Pemerintah Trump telah mengerahkan lebih dari seribu tentara tambahan ke Timur Tengah di tengah-tengah munculnya tuduhan bahwa Iran mendalangi serangkaian serangan terhadap kapal-kapal tangka minyak dekat Teuk Persia.
Israel khawatir Iran kemungkinan akan berusaha memobilisasi Hizbullah dalam konfrontasi dengan Israel. Isarel telah lama mengidentififikasi Iran sebagai ancaman terbesarnya terkaitprogram nuklir, pembangunan misil jarak menengah dan retorikanya yang bermusuhan. Banyak pengamat menilai, latihan militer terbarunya terutama terfokus pada usaha meraih kemenangan yang meyakinkan jika terlibat dalam perang skala penuh dengan Hizbullah. [ab/uh]