Israel hari Selasa membela perlakuannya terhadap rakyat Palestina dan lainnya di hadapan Dewan HAM PBB, yang membuka lagi hubungan yang diputuskannya lebih setahun lalu dengan badan HAM tertinggi PBB itu.
Kehadiran Wakil Jaksa Agung Israel Shai Nitzan dan Duta Besar Israel untuk PBB Eviatar Manor di hadapan Dewan HAM PBB merupakan pertama kalinya Israel berpartisipasi dalam dewan ke-47 negara itu dalam lebih dari setahun.
Nitzan mengatakan Israel kembali “terbuka pada kritikan membangun” dari sebuah forum yang sejak lama mereka anggap bersikap anti-Israel, seperti tercermin dalam fokus yang berlebihan terhadap kebijakan negara Yahudi itu terhadap pihak Palestina.
Ke-193 negara anggota PBB itu masing-masing harus mau dikaji catatan HAM mereka oleh dewan yang berbasis di Jenewa itu setiap empat tahun sekali. Tetapi karena usia dewan itu belum satu dekade, siklus kedua kajian untuk semua negara masih belum rampung.
Manor memulai sesinya dengan meminta perhatian dewan itu atas jadwal pembebasan sejumlah tahanan Palestina, yang bertepatan dengan hari diadakannya kajian itu dan telah disepakati sebagai bagian dari proses perdamaian. Ke-26 tahanan itu didapati bersalah membunuh warga Israel antara tahun 1984-1994, dan sebagian besar menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Namun utusan Palestina Ibrahim Khraishi mengatakan kepada para diplomat bahwa ikut sertanya lagi Israel dalam dewan itu “tidak bernilai sama sekali” karena negara itu gagal menanggapi berbagai keprihatinan yang diajukan dalam kajian pertama tahun 2008.
Kehadiran Wakil Jaksa Agung Israel Shai Nitzan dan Duta Besar Israel untuk PBB Eviatar Manor di hadapan Dewan HAM PBB merupakan pertama kalinya Israel berpartisipasi dalam dewan ke-47 negara itu dalam lebih dari setahun.
Nitzan mengatakan Israel kembali “terbuka pada kritikan membangun” dari sebuah forum yang sejak lama mereka anggap bersikap anti-Israel, seperti tercermin dalam fokus yang berlebihan terhadap kebijakan negara Yahudi itu terhadap pihak Palestina.
Ke-193 negara anggota PBB itu masing-masing harus mau dikaji catatan HAM mereka oleh dewan yang berbasis di Jenewa itu setiap empat tahun sekali. Tetapi karena usia dewan itu belum satu dekade, siklus kedua kajian untuk semua negara masih belum rampung.
Manor memulai sesinya dengan meminta perhatian dewan itu atas jadwal pembebasan sejumlah tahanan Palestina, yang bertepatan dengan hari diadakannya kajian itu dan telah disepakati sebagai bagian dari proses perdamaian. Ke-26 tahanan itu didapati bersalah membunuh warga Israel antara tahun 1984-1994, dan sebagian besar menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Namun utusan Palestina Ibrahim Khraishi mengatakan kepada para diplomat bahwa ikut sertanya lagi Israel dalam dewan itu “tidak bernilai sama sekali” karena negara itu gagal menanggapi berbagai keprihatinan yang diajukan dalam kajian pertama tahun 2008.