Pertempuran sengit berkecamuk hari Kamis di kota-kota terbesar di Jalur Gaza, ketika pasukan Israel dan militan Hamas bertempur. Sementara itu warga sipil Palestina mencari tempat berlindung sekecil apa pun yang tersedia untuk menghindari pertempuran.
Pertempuran terjadi di Kota Gaza, di bagian utara wilayah kantong di mana Israel memusatkan perhatian pada tahap awal kampanyenya untuk melenyapkan Hamas, serta di Khan Younis di Gaza Selatan, lokasi perluasan terbaru perang itu.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel mengepung lokasi keberadaan pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar, dan bahwa “tinggal masalah waktu saja sampai kami menemukannya.”
Pertempuran itu mendorong warga sipil semakin jauh ke selatan, mengganggu operasi kemanusiaan PBB dan memicu peringatan berulang kali mengenai situasi yang semakin mengerikan.
PBB mengatakan puluhan ribu orang telah tiba dalam beberapa hari ini di Rafah, kota di dekat perbatasan selatan Gaza. Rafah adalah satu-satunya daerah di Gaza yang telah menerima distribusi bantuan kemanusiaan yang terbatas pekan ini akibat meningkatnya kekerasan lebih jauh di utara, kata PBB.
Penduduk dan wartawan melaporkan banyak serangan udara Israel terhadap Rafah semalam. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 37 orang tewas.
Militer Israel Kamis menuduh militan menembakkan roket dari daerah-daerah di dekat Rafah.
Situasi yang memburuk bagi warga sipil telah mendorong peringatan yang jarang dikeluarkan Sekjen PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan PBB melalui sepucuk surat. Ia menulis bahwa keruntuhan total sistem kemanusiaan di Gaza akan “berpotensi menimbulkan dampak yang tidak bisa diperbaiki lagi bagi rakyat Palestina secara keseluruhan serta bagi perdamaian dan keamanan di kawasan.”
“Di tengah bombardemen terus menerus oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dan tanpa tempat berlindung atau bahan-bahan dasar untuk bertahan hidup, saya perkirakan ketertiban publik akan segera ambruk sepenuhnya karena kondisi menyedihkan ini, membuat pengiriman bantuan kemanusiaan yang terbatas pun mustahil dilakukan,” kata Guterres.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengkritik langkah pemimpin PBB itu, dengan mengatakan seruan Guterres mengenai gencatan senjata akan mendukung Hamas.
Juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy mengatakan kepada wartawan bahwa Israel ingin perang berakhir, tetapi hanya “dengan cara yang memastikan Hamas tidak akan pernah dapat menyerang rakyat kami lagi.”
Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina mengatakan sekitar 1,9 kita perang telantar di dalam Gaza, jumlah yang mendekati 85 persen populasi. Satu juta di antara mereka terdaftar di tempat-tempat penampungan PBB di Gaza Selatan.
Israel telah menuduh Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, bersembunyi di dalam dan di bawah rumah sakit-rumah sakit dan daerah-daerah sipil lainnya, dan mendorong warga sipil untuk mengabaikan peringatan Israel untuk mengungsi sebelum serangan udara, praktis menggunakan mereka sebagai perisai manusia. Tuduhan tersebut telah dibantah Hamas.
Israel memulai kampanye militernya untuk mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza setelah para anggota Hamas menyerbu masuk Israel Selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 240 orang sebagai tawanan.
Dalam ofensif militernya, Israel telah menewaskan sedikitnya 16.240 orang di Gaza, 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas. [uh/ab]
Forum