Israel hari Selasa (29/6) meresmikan kantor kedutaan besar di Uni Emirat Arab, sembilan bulan setelah kedua negara menandatangani perjanjian normalisasi.
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid hari Selasa (29/6) meresmikan Kedutaan Besar Israel di Uni Emirat Arab, menandai kunjungan tingkat tertinggi seorang pejabat Israel ke negara di Teluk Arab itu sejak normalisasi hubungan kedua negara sembilan bulan lalu.
Yair Lapid, bersama Menteri Kebudayaan Uni Emirat Arab Noura Al Kaabi, bergabung dengan Rabi Levi Duchman untuk meletakkan mezuzah di pintu kedutaan yang baru diresmikan.
Mezuzah adalah perkamen atau kertas yang terbuat dari kulit, yang bertuliskan teks-teks agama dan dipasang di tiang pintu rumah Yahudi sebagai tanda keimanan atau doa. Biasanya mezuzah diletakkan terakhir kali di rumah atau kantor baru sebagai bagian dari peresmian tempat itu.
Lapid mencuit “Israel tertarik pada perdamaian dengan semua tetangganya. Kami tidak akan kemana-mana. Timur Tengah adalah rumah kami. Kami tingal di sini dan kami menyerukan semua negara di kawasan untuk menyadari hal ini.”
Ia kemudian bertemu dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan di ibu kota Abu Dhabi, dan kembali mencuit foto ketika ia bersalaman tak lama setelah pembukaan kantor kedutaan itu.
AS Sambut Baik Pembukaan Kedubes Israel di UEA
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken menyambut baik pembukaan kantor itu dan menyebutnya sebagai hal yang “bersejarah.” “Kunjungan Lapid dan pembukaan kedutaan besar pertama Israel di sebuah negara Teluk merupakan hal yang signifikan bagi Israel, bagi Uni Emirat Arab dan kawasan yang lebih luas,” ujar Blinken dalam sebuah pernyataan.
Sejumlah menteri Israel telah melawat ke Uni Emirat Arab sebelumnya, tetapi Lapid – yang baru ditunjuk sebagai menteri luar negeri – merupakan pejabat Israel yang paling senior yang melawat ke negara itu dalam kapasitas sebagai misi resmi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat mengatakan Lapid akan melangsungkan pertemuan dengan “lima menteri Uni Emirat Arab dalam kurang dari 30 jam.” Ia juga akan meresmikan kantor konsulat di Dubai.
Sejak perjanjian normalisasi hubungan Israel dan Uni Emirat Arab yang dimediasi Amerika ditandatangani September lalu, kedua negara telah menandatangani sejumlah perjanjian mulai dari pariwisata, penerbangan dan layanan jasa keuangan.
Beberapa Rencana Lawatan Dibatalkan
Lawatan Lapid ini dilakukan hampir satu tahun setelah beberapa negara setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, dan merupakan lawatan susulan setelah serangkaian rencana kunjungan pejabat-pejabat Israel yang dibatalkan karena perebakan pandemi virus corona dan pertikaian diplomatik.
Sebuah kunjungan resmi yang sudah direncanakan Maret lalu oleh ketika itu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dibatalkan karena “perselisihan” dengan Yordania terkait penggunaan wilayah udaranya.
Sebelumnya Netanyahu, yang telah digantikan oleh Naftali Bennett – seorang perdana menteri Yahudi yang nasionalis dan berasal dari pemerintahan koalisi – juga telah menunda lawatan ke Uni Emirat Arab dan Bahrain bulan Februari lalu karena pembatasan sosial terkait COVID-19.
Kantor berita AFP mengutip suratkabar The Jerusalem Post melaporkan bahwa Netanyahu mencegah Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi ketika itu untuk melawat ke Uni Emirat Arab agar tidak mengurangi perhatian publik menjelang pemilu pada bulan Maret.
Pada Agustus 2020 mantan penasehat senior Gedung Putih Jared Kushner dan Penasehat Keamanan Dalam Negeri Meir Ben-Shabbat mencatat sejarah ketika terbang dari Tel Aviv ke Abu Dhabi dengan pesawat el Al. Kedua pihak melihat penerbangan itu sebagai suatu terobosan bagi tercapainya perdamaian di Timur Tengah.
Normalisasi Hubungan Israel dengan 4 Negara Arab, Picu Kemarahan Palestina
Selain dengan Uni Emirat Arab, Israel tahun lalu juga menormalisasi hubungan dengan Bahrain, Maroko dan Sudan. Langkah ini dikecam luas oleh Palestina. Perjanjian pemulihan hubungan itu melanggar kebijakan Liga Arab untuk tidak menjalin hubungan dengan Israel hingga negara itu berdamai dengan Palestina.
Hazem Qassem, juru bicara Hamas, gerakan Islam di Pakistan yang memerintah di Gaza, mengatakan pembukaan Kedutaan Besar Israel itu menunjukkan bahwa Uni Emirat Arab “tetap” berbuat “dosa” dengan mewujudkan perjanjian normalisasi itu.
Dalam perkembangan lainnya Bahrain pada hari Selasa juga menunjuk duta besar pertama untuk Israel.
Lapid adalah mantan pembawa acara televisi berhaluan tengah yang dengan gigih menyatukan koalisi baru Israel, mengakhiri masa jabatan Netanyahu selama lebih dari satu dekade sebagai perdana menteri. Ia telah berupaya keras melepaskan diri dari kebijakan saingannya, dengan mengatakan pemerintahan Netanyahu telah melakukan “pertaruhan yang mengerikan” dengan hanya memusatkan perhatian pada Partai Republik saja. [em/jm]