Militer Israel, Senin (11/5), mengatakan, pasukannya merobohkan rumah seorang warga Palestina yang dituduh sebagai pelaku serangan bom yang menelan korban jiwa di Tepi Barat tahun lalu.
Israel mengatakan, Qassem Barghouti (22 tahun) Agustus lalu, melakukan serangan bom terhadap warga Israel bernama Rina Shnerb dan menewaskan perempuan berusia 17 tahun itu. Serangan tersebut terjadi sewaktu Shnerb bersama ayah dan saudara laki-lakinya melakukan wisata lintas alam ke sebuah mata air di Tepi Barat, dekat kawasan permukiman Dolev. Ayah dan saudara Shnerb dikabarkan terluka dalam serangan itu.
Militer Israel mengatakan, sewaktu merobohkan rumah di desa Kobar, dekat Ramallah, puluhan warga Palestina menentangnya. Para demonstran itu membakar ban mobil, serta melemparkan batu dan bom api ke arah tentara Israel, sebelum akhirnya dibubarkan secara paksa. Para saksi mata mengatakan, beberapa warga Palestina terluka, termasuk satu orang yang menurut organisasi Bulan Sabit Merah mengalami cedera kepala akibat dipukul tabung gas.
Israel mengatakan, perobohan rumah-rumah keluarga tersangka militan dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan di kemudian hari. Para pengecam menilai taktik itu merupakan tindakan penghukuman yang berlebihan.
“Menghancurkan rumah teroris merupakan cara penting untuk mencegah terjadinya aksi terorisme,” kata Menteri Pertahanan Naftali Bennett. “Dia yang menyakiti kita, akan kita balas. Darah Yahudi tidak akan tumpah sia-sia,” lanjutnya.
Pihak berwenang menuding serangan itu didalangi Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), partai politik berhaluan kiri yang didukung kelompok bersenjata. Israel, AS dan Uni Eropa menganggap organisasi itu kelompok teroris karena bertanggung jawab atas banyak serangan yang menjadi sorotan dunia, seperti pembajakan pesawat dan pembunuhan seorang menteri Israel pada 2001.
Dinas Intelijen Israel Shin Bet dituduh menyiksa beberapa orang yang diduga terkait dengan serangan di Tepi Barat. Pengacara Barghouti mengatakan, kemaluan kliennya digigit anjing pasukan keamanan ketika pihak berwenang menggeledah rumahnya untuk menangkapnya. [ab/uh]