Tautan-tautan Akses

Israel Saksikan Peningkatan Ancaman dari Suriah Meski Moderat


Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengamati konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas di Yerusalem, 7 November 2024. (Foto: Ronen Zvulun/Reuters)
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengamati konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas di Yerusalem, 7 November 2024. (Foto: Ronen Zvulun/Reuters)

Pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, pada hari Sabtu (14/12) mengatakan bahwa Israel menggunakan dalih palsu untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah.

Ancaman terhadap Israel dari Suriah tetap ada meskipun para pemimpin pemberontak yang seminggu yang lalu menggulingkan Presiden Bashar al-Assad bersikap moderat, kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Minggu (15/12), di tengah-tengah langkah militer yang diambil negaranya untuk melawan ancaman tersebut.

“Risiko-risiko yang mengancam negara ini belum hilang dan perkembangan terakhir di Suriah meningkatkan kekuatan ancaman - terlepas dari citra moderat yang diklaim oleh para pemimpin pemberontak,” kata Katz kepada para pejabat yang mengkaji anggaran pertahanan negara itu, menurut sebuah pernyataan.

Pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, pada hari Sabtu (14/12) mengatakan bahwa Israel menggunakan dalih palsu untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah, tetapi dia tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik baru karena negaranya berfokus pada pembangunan kembali.

Sharaa - yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani - memimpin kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menggulingkan Assad dari kekuasaan pada hari Minggu lalu, dan mengakhiri kekuasaan tangan besi keluarga tersebut selama lima dekade.

Sejak saat itu Israel telah pindah ke zona demiliterisasi di dalam Suriah yang dibuat setelah perang Arab-Israel 1973, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis dan menghadap ke Damaskus, di mana pasukannya mengambil alih sebuah pos militer Suriah yang ditinggalkan.

Israel, yang mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk tinggal di sana dan menyebut serbuan ke wilayah Suriah sebagai tindakan terbatas dan sementara untuk memastikan keamanan perbatasan, juga telah melakukan ratusan serangan terhadap persediaan senjata strategis Suriah.

Israel mengatakan pihaknya menghancurkan senjata-senjata strategis dan infrastruktur militer untuk mencegahnya digunakan oleh kelompok-kelompok pemberontak yang menggulingkan Assad dari kekuasaan, yang beberapa di antaranya berasal dari gerakan-gerakan yang terkait dengan al-Qaida dan kelompok ISIS.

Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Yordania, telah mengutuk apa yang mereka sebut sebagai pencaplokan Israel atas zona penyangga di Dataran Tinggi Golan.

“Kondisi Suriah yang lelah akibat perang, setelah bertahun-tahun konflik dan perang, tidak memungkinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas pada tahap ini adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukannya terlibat dalam perselisihan yang dapat menyebabkan kehancuran lebih lanjut,” ujar Sharaa dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs web Syria TV, sebuah saluran yang berpihak pada pemberontak.

Ia juga mengatakan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan dan stabilitas dan tidak menginginkan “petualangan militer yang tidak diperhitungkan.” [my/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG