Pemerintah Israel Senin (12/10) menyetujui rencana imigrasi bagi 2.000 warga Ethiopia yang keinginannya untuk pindah ke negara Yahudi itu telah memicu kontroversi dan menghadapi penundaan berkepanjangan.
Kelompok itu merupakan anggota Falash Mura, keturunan Yahudi Ethiopia yang beralih keyakinan ke agama Kristen, banyak di antaranya di bawah tekanan, pada abad ke-18 dan 19.
Mereka tidak diakui sebagai Yahudi oleh otorita kerabian Ortodoks Israel, tapi mengklaim berhak berimigrasi berdasarkan aturan reunifikasi keluarga.
Pemerintah menyetujui sekitar 9.000 permohonan pada 2015 tapi kemudian membatalkan keputusan itu setahun berikutnya, dengan alasan tidak ada anggaran.
Beberapa kelompok di Israel, termasuk para anggota komunitas Ethiopia, telah menentang imigrasi Falash Mura, karena meragukan klaim mereka sebagai Yahudi.
Netanyahu memberitahu kabinetnya pada Senin (12/10) bahwa sudah waktunya membawa "2.000 orang kita, saudara saudari kita dari Ethiopia."
"Kita juga akan mengambil langkah untuk membawa yang lainnya," lanjutnya.
Menteri Integrasi Pnina Tamano-Shata, perempuan Yahudi Ethiopia pertama yang terpilih ke parlemen Israel, memuji "pilihan pemerintah dengan suara bulat untuk membawa 2.000 orang ke Israel yang bersedia menunggu di Ethiopia untuk dipertemukan kembali dengan keluarga mereka."
Banyak komunitas Yahudi Ethiopia dibawa ke negara itu antara 1984 dan 1991 berdasarkan UU Pemulangan, yang menjamin kewarganegaraan Israel bagi seluruh warga Yahudi.
Komunitas Ethiopia-Israel sejak itu berkembang hingga 140.000 orang, termasuk 50.000 yang lahir di Israel. [vm/lt]