Israel dilaporkan melakukan serangan udara pada Selasa (16/1), di bagian utara dan selatan Jalur Gaza, sehari setelah menteri pertahanan negara tersebut mengatakan, fase intensif perang Israel dengan Hamas akan segera berakhir.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan, serangan udara menargetkan militan di wilayah Shati Utara serta Khan Younis. Pasukan Israel menewaskan puluhan militan dan menemukan sekitar 100 instalasi roket, kata militer mereka.
Serangan udara pada Senin malam juga menghantam peluncur anti-tank Hizbullah di Lebanon selatan, serangan terbaru dalam pertempuran lintas batas yang menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant tidak membahas gencatan senjata, ketika dia berbicara kepada wartawan pada Senin. Dia mengatakan Israel tidak dapat sepenuhnya menghentikan operasi militernya di Gaza karena Hamas tidak setuju untuk melepaskan sandera lagi tanpa tekanan militer.
Gallant mengatakan “tahap manuver intensif” yang dilakukan militer Israel di Gaza selatan “akan segera berakhir.” Dia mengatakan militer baru-baru ini mengakhiri operasi darat intensifnya di Gaza utara.
“Di kedua tempat itu kita akan meraih momen untuk tahap selanjutnya,” ujarnya.
Komentar Gallant muncul, ketika Hamas mengumumkan kematian dua sandera Israel yang mereka culik dalam serangan Oktober lalu.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh Hamas pada Senin, kelompok tersebut menunjukkan dua mayat yang dikatakan sebagai sandera Israel. Dalam pernyataan yang menyertai video tersebut, Hamas mengatakan para sandera dibunuh oleh militer Israel. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari membantah bahwa pasukan Israel menyebabkan kematian tersebut.
“Itu adalah kebohongan Hamas,” katanya.
Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan jumlah korban antara warga sipil dan non-sipil, mengatakan pada Senin bahwa jumlah korban tewas akibat serangan militer Israel telah meningkat menjadi setidaknya 24.100 orang, dan lebih 60 ribu lainnya terluka.
Israel memulai serangan militernya untuk menghancurkan Hamas, setelah kelompok ini menyeberang perbatasan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang dalam sebuah serangan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperbarui seruannya pada Senin, untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan, dengan mengatakan bahwa hal itu sangat diperlukan untuk memberikan bantuan kepada warga Palestina, memfasilitasi pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, dan menghentikan peluasan perang di seluruh Timur Tengah.
“Saya sangat khawatir dengan apa yang terjadi,” kata Guterres kepada wartawan di PBB.
Selama gencatan senjata sementara pada akhir November, militan di Gaza membebaskan lebih dari 100 sandera, sementara Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.
Pada Senin itu juga, Program Pangan Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF memperingatkan bahwa jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza “jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mencegah kombinasi mematikan antara kelaparan, kekurangan gizi dan penyakit.”
Badan-badan tersebut menyerukan rute baru bagi bantuan untuk memasuki Gaza, serta lebih banyak truk yang diizinkan masuk setiap harinya, serta lebih sedikit pembatasan terhadap pergerakan pekerja bantuan dan perlindungan keselamatan yang lebih baik. “Orang-orang di Gaza berisiko mati kelaparan hanya beberapa mil dari truk yang berisi makanan,” kata Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain dalam sebuah pernyataan.
“Setiap jam yang hilang membahayakan banyak nyawa. Kita dapat mencegah kelaparan, tetapi hanya jika kita dapat menyediakan pasokan yang cukup dan memiliki akses yang aman kepada semua orang yang membutuhkan, di mana pun mereka berada,” tambah dia. [ns/ab]
Forum