Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan Italia akan meningkatkan komitmennya pada pembiayaan iklim bagi negara-negara miskin hingga tiga kali lipat, atau hingga 1,4 miliar dolar per tahun, dalam lima tahun ke depan.
Draghi menyampaikan pengumuman itu di akhir KTT G20 di Roma pada Minggu (31/10).
Uang itu merupakan kontribusi Italia untuk anggaran pembiayaan iklim bernilai 100 miliar dolar per tahun yang dijanjikan negara-negara kaya secara kolektif untuk membantu negara-negara berkembang yang rentan dalam melakukan transisi ke sumber energi rendah karbon, dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Bantuan tersebut sendiri sampai saat ini belum juga diberikan.
Menurut komunike terakhir dari pertempuan di Roma itu, G20 menegaskan kembali komitmen masa lalu mereka untuk memobilisasi 100 miliar doar setiap tahun guna membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim, dan berkomitmen untuk meningkatkan pembiayaan guna membantu mereka beradaptasi.
Sebuah laporan PBB yang dikeluarkan minggu lalu memperkirakan bahwa diperlukan beberapa tahun lagi sebelum negara-negara kaya dapat memenuhi komitmen tersebut.
Draghi juga menjelaskan reformasi penting lainnya yaitu mengenai sistem perpajakan internasional bersama.
“Sistem perpajakan internasional harus direformasi untuk menjamin agar semua perusahaan membayar pajak dengan jumlah yang tepat. Hasil ini telah dikejar selama beberapa dekade, tetapi kami belum berhasil,” ujarnya.
Dalam suatu pertemuan yang dipimpin Uni Eropa, juga telah diputuskan bahwa kelompok negara tersebut akan memberikan lebih banyak bantuan bagi Afghanistan.
“Uni Eropa di bawah arahan Presiden Ursula von der Leyen mengambilalih kepemimpinan ini dan menjanjikan bantuan bernilai satu miliar euro,” ujar Draghi.
Perdana Menteri Italia itu menutup KTT G20 pertama pasca pandemi di Roma dengan menyerahkan presidensi pada Presiden Indonesia Joko Widodo. [em/jm]