Alat bantu pernapasan bagi pasien penderita virus corona yang diberi nama "Simple and Low Cost Mechanical Ventilator" itu, dirancang dan dibuat oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Rektor ITS Mochamad Ashari, mengatakan, upaya ini dilakukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ventilator di rumah sakit rujukan virus corona, yang di Jawa Timur baru sepertiga dari kebutuhan yang terpenuhi.
“Kebutuhannya baru sepertiga dipenuhi, itu untuk saat ini, padahal jumlah pasiennya itu meningkatnya eksponensial. Nah, dari situ kawan-kawan ITS untuk mengembangkan ini, karena ini yang vatal terakhir penyelamat nyawa para pasien yang kena Covid,” kata Mochamad Ashari.
Staf Kalibrasi dan Pengujian, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya, Dedi Setyawan, menyebut pandemi virus corona yang juga melanda Indonesia, mengakibatkan banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik karena kurangnya alat bantu pernapasan. Dari total kebutuhan sekitar 900 unit untuk Jawa Timur saja, baru sekitar 300 ventilator yang dapat disediakan. Ini tidak lepas dari kebutuhan ventilator yang juga meningkat di negara-negara lain yang terkena virus corona.
“Kebutuhannya hampir 900, yang terpenuhi baru 300-an, jadi kita masih butuh banyak, sementara hampir seluruh rumah sakit semuanya kesulitan membeli ventilator, karena seluruh negara lagi butuh ventilator ini, jadi mereka tidak mau distribusi ke negara lain, ini kesulitan yang sekarang. Sementara setiap hari pasien meningkat, meningkat, meningkat, pasien Covid,” ungkap Dedi Setyawan.
ITS, melalui tim ventilator Departemen Teknik Fisika, menciptakan alat bantu pernapasan pasien corona yang sistem alami tubuhnya tidak cukup mampu melakukan transfer oksigen melalui paru-paru. Ventilator ini merupakan intervensi yang memasok kebutuhan oksigen pasien corona. Dibandingkan buatan luar negeri seharga Rp. 800 juta per unit, ventilator karya ITS diperkirakan seharga Rp. 20 juta per unit.
Mochamad Ashari menambahkan, ventilator ini akan segera diproduksi massal dan didistribusikan ke rumah sakit yang membutuhkan, setelah dinyatakan lulus uji ketahanan dan memenuhi standard yang telah ditetapkan.
“Meskipun buatan sendiri, karena menyangkut pasien, menyangkut orang, harus memenuhi standard, karena itu sudah kemarin di uji awal, kita perlu uji ketahanannya, harus lolos 2 kali 24 jam memenuhi standard terus. Makanya nanti akan dipasang alat ukur banyak sekali di sini, untuk cek itu, begitu itu lulus kita siap untuk produksi,” ujar Mochamad Ashari.
Sebelumnya Gugus Tugas Penanggulangan Virus Corona Jawa Timur telah menerima bantuan 16 ventilator dan 23 monitor medis, yang digunakan untuk penanganan pasien corona. Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, mengapresiasi ventilator karya ITS yang diharapkan dapat diproduksi lebih banyak lagi, untuk membantu percepatan penanganan pasien corona di rumah sakit.
“Tentunya kapasitas ventilator kita sudah meningkat banyak, waktu itu ada 16 (tambahan), ini meningkat sangat pesat. Jadi kita merasa sudah melakukan langkah untuk meningkatkan ini sangat banyak, tetapi solusi ini juga tidak boleh dianggap tidak perlu lagi, karena sebenarnya kita harus selalu mengantisipasi semua skenario,” kata Emil Elestianto Dardak. [pr/em]