Penyelenggaraan IMF-WB diperkirakan memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali di atas 6,5 persen pada akhir tahun ini, hal ini disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Menakar Manfaat AM IMF-WBG 2018”, di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (17/9).
Ditambahkannya, pertumbuhan ekonomi Bali melambat dari 6,32 persen pada 2016, menjadi 5,59 persen pada 2017. Penyebabnya diduga karena masih terus meletusnya Gunung Agung yang ikut menurunkan jumlah wisatawan mancanegara dan penurunan ekspor barang serta jasa.
Menurut Bambang, bila tidak ada IMF-WB, maka perekonomian Bali diperkirakan hanya tumbuh 5,9 persen tahun ini. Artinya, Bali melanjutkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang sudah berlangsung sejak 2017.
“Tetapi karena ada World Bank-IMF, maka perekonomian Bali akan naik 0,64persen. Sehingga, perkiraan kami, di tahun 2018 akhir nanti pertumbuhan ekonomi Bali, akan menjadi 6,54 persen,” papar Bambang.
Baca juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Pertemuan IMF-Bank Dunia
Rinciannya, kata Bambang, tambahan pertumbuhan 0,64 persen, akan berasal dari hotel 0.12 persen, makanan dan minuman 0.05 persen, konstruksi sebesar 0,26 persen, dan lain-lain 0,21 persen.
Pemulihan pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali didorong dari pembangunan infrastruktur penunjang dan utama, selama pelaksanaan pertemuan IMF-WB dan pengeluaran dari para tamu yang menghadiri pertemuan.
Sepanjang masa persiapan pada 2017-2018, pemerintah sudah menggelontorkan 5,9 triliun rupiah untuk membangun berbagai infrastruktur di Bali. Beberapa proyek infrastruktur, antara lain pembangunan underpass Ngurah Rai, pelabuhan Benoa yang nantinya akan menjadi cruise terminal atau pelabuhan kapal wisata, dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
“Infrastruktur utama tentunya dibangun tidak hanya untuk World Bank-IMF. Infrastruktur yang dibangun tentunya akan long lasting. Akan dipakai terus untuk menunjang kegiatan perekonomian Bali,” kata Bambang.
Keuntungan Dari Wisatawan Tambahan
Bali juga akan menangguk keuntungan yang menggiurkan dari pelaksanaan pertemuan tahunan IMF-WB yang berlangsung pada 8-14 Oktober ini, antara lain dari penyewaan penginapan, pembelanjaan para tamu pertemuan dan lain-lain.
Menurut data panitia, sebanyak 19.800 peserta dari 189 negara akan menghadiri pertemuan tersbut. Jumlah peserta terdiri dari 5.050 delegasi dan 14.750 non-delegasi. Peserta non-delegasi termasuk investor, media dan akademisi. Mereka diperkirakan akan tinggal di Bali dan sekitarnya rata-rata selama sembilan hari.
“Yang datang ini istilahnya bukan sembarang. Yang datang nanti kebanyakan tidak beli tiket sendiri, tapi membawa pesawat sendiri. Banyak private jet karena mereka memang CEO dari perusahaan-perusahaan besar di berbagai belahan dunia,” ujar Bambang.
Lanjut Bambang, yang mesti dipikirkan oleh panitia dan lembaga terkait adalah bagaimana agar peserta mengeluarkan lebih besar lagi. Karena, asumsi yang dibuat masih konservatif dengan perkiraan setiap wisman mengeluarkan $150/hari diluar akomodasi dan travel.
Baca juga: Indonesia Tawarkan Peluang Investasi $42 Miliar di Pertemuan IMF-WB
“Kalau untuk level yang bawa pesawat sendiri, tentunya sangat rendah. Barang kali carannya bagaimana mereka bisa spending lebih banyak. Satu lagi, bagaimana kita memaksimalkan acara ini untuk pariwisata,” ujar Bambang.
Selain itu, penyelenggaraan World Bank-IMF meeting juga diperkirakan akan meningkatkan upah riil sebanyak 1,13 persen dan rata-rata kesempatan kerja sebanyak 1,26 persen. Jumlah kesempatan kerja selama World Bank-IMF annual meeting diperkirakan mencapai 32.700 orang.
Momentum Promosi Indonesia
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, selaku Ketua Panitia Nasional, dalam diskusi yang sama mengatakan World Bank-IMF annual meeting menjadi momentum untuk mempromosikan Indonesia karena masih banyak yang belum mengenal Indonesia.
“Bahwa Indonesia itu besar, dari timur ke barat 8 jam penerbangan, 17 ribu pulau, 265 juta (penduduk), economic growth kita kuartal kedua kemarin 5,27 persen, GDP kita $1.1 triliun, inflasi kita cuma 3,5 persen kira-kira tahun ini,” kata Luhut. “Ini momentum bagus menjual Indonesia atau mempromosikan Indonesia.”
Selain itu, pertemuan itu menjadi momentum tepat memperkenalkan Indonesia karena tokoh-tokoh institusi keuangan dan para investor dunia juga akan hadir dalam pertemuan itu. Luhut mengaku menerima permintaan dari beberapa tokoh institusi keuangan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Pada rapat hari ini, Selain Luhut dan Bambang, turut Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang VI Dody Budi Waluyo, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara, Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol, dan Gubernur Bali I Wayan Koster. [fw/em]