Pasukan invasi Rusia sengaja menggunakan pemerkosaan, penyiksaan dan penculikan untuk menyebarkan teror di antara warga sipil di Ukraina, kata jaksa agung Ukraina kepada anggota kongres AS dalam kesaksian yang disampaikan pada Rabu (19/4).
Jaksa Agung Andriy Kostin mengatakan hampir 80.000 kasus kejahatan perang telah didaftarkan di Ukraina sejak perang dimulai pada Februari 2022.
Berfokus hanya pada satu wilayah negara yang terpukul paling parah dalam perang, Kostin menggambarkan beberapa penemuan ketika militer Ukraina membebaskan Kherson pada November lalu. Dia mengatakan sekitar 20 ruang penyiksaan ditemukan dan lebih dari 1.000 orang yang selamat telah melaporkan serangkaian pelanggaran, termasuk penggunaan sengatan listrik, waterboarding, dipaksa telanjang dan ancaman mutilasi dan kematian.
Kostin mengatakan lebih dari 60 kasus pemerkosaan tercatat di wilayah Kherson saja. Di daerah yang masih dikuasai pasukan Rusia, penduduk, termasuk anak-anak, dipindahkan secara paksa ke wilayah pendudukan lain atau ke Rusia.
“Kejahatan seperti itu tidak bisa dibiarkan,” kata Kostin.
Ketika ia ditanya tentang motivasi di balik taktik Rusia tersebut, Kostin mengatakan ia tidak dapat memahami alasan di balik kebrutalan pasukan Rusia dalam menarget warga sipil.
“Satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah bahwa mereka ingin menghapus Ukraina dan warga Ukraina dari tanah itu,” kata Kostin. “Mungkin karena mereka benar-benar ingin membunuh kami semua.”
Para pejabat Rusia secara konsisten membantah telah melakukan kejahatan perang dalam apa yang mereka sebut sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Komite Urusan Luar Negeri DPR AS mengundang Kostin untuk bersaksi. Ketua Komite, Michael McCaul, seorang anggota Partai Republik dari Texas, percaya bahwa menyoroti kebrutalan tindakan Rusia akan menunjukkan kepada anggota kongres dan dan pemilih mengapa Amerika Serikat bertindak benar dalam mendukung Ukraina. [lt/rs]
Forum