Pada bulan Ramadan ini, Jamilah Thompkins-Bigelow sibuk memperkenalkan buku cerita anak bergambar, Mommy's Khimar, di berbagai komunitas, termasuk di kalangan non-Muslim. Kepada Metrini Geopani dari VOA Washington, penulis yang bermukim di Philadelphia, Pennsylvania, tersebut mengemukakan, buku karyanya itu mengetengahkan hubungan ibu-anak yang diceritakan oleh seorang anak perempuan yang senang memakai khimar atau hijab.
"When I put on Mommy’s khimar, I become a queen the golden train. Under the khimar, my braids and twists form a bumpy crown.
When I wear Mommy’s khimar, I shine like the sun. I dive and become a shooting star into a pile of cloud. Of course, I make sure that mommy doesn’t see me."
Itulah sepenggal kutipan dari buku cerita anak Muslim berjudul Mommy’s Khimar yang dibacakan penulisnya, Jamilah Thompkins-Bigelow. Sepanjang Ramadan ini, ia sibuk mempromosikan karya perdananya itu dalam berbagai kesempatan.
Buku cerita anak bergambar ini menggambarkan kisah seorang anak perempuan yang senang bermain-main dengan hijab ibunya. Sambil mengenakan hijab tersebut, sang anak membayangkan dirinya menjadi hal yang berbeda-beda. Jamilah menambahkan, tokoh utama ceritanya juga menunjukkan hubungannya dengan anggota keluarga dan anggota masyarakatnya yang ia temui karena ia mengenakan hijab, dan betapa orang-orang menyayangi serta menghargai ia dengan hijab yang dikenakannya.
Jamilah mulai menulis buku anak-anak karena keberadaan anak-anak Muslim, terlebih keturunan kulit hitam, belum cukup tergambarkan dalam buku-buku di Amerika.
“Jadi, saya ingin menulis sebuah cerita yang mirip dengan masa kecil saya sendiri yang dapat dikenali anak-anak saya. Dan satu hal yang ingin saya sampaikan adalah konsep hijab,” tuturnya.
Hijab juga menjadi topik yang menarik bagi penulis sekaligus direktur program Mighty Writers, organisasi nirlaba yang menawarkan program menulis bagi anak-anak khususnya di Philadelphia Selatan. Sedari kecil, Jamilah menyukai hijab yang ia anggap indah. Akan tetapi, lebih dari itu, ia juga menyadari banyak pandangan negatif mengenai hijab, setidaknya di tengah masyarakat Amerika. Ia mengemukakan,
“Saya hanya ingin ini menjadi cerita tentang hijab yang lebih menghibur dan menyenangkan, yang bisa dinikmati anak-anak. Dan pesan saya kepada anak-anak yang membaca buku ini adalah setiap kisah itu penting, meskipun saat ini mereka menjadi minoritas dalam masyarakat dan budaya. Kisah mereka tetap penting, indah dan patut disampaikan,” tukas Jamilas.
Jamilah memaparkan ada dua kelompok target pembaca bukunya. Pertama, kalangan yang dapat mengedukasi masyarakat yang belum mengenal atau tidak mengetahui apapun mengenai Muslim. Kedua, komunitas Muslim, khususnya warga kulit hitam.
Para pembaca Mommy’s Khimar banyak yang memberi respons positif. Jamilah menceritakan salah seorang pembacanya, seorang Muslimah kulit hitam, mengaku senang membaca buku itu karena sosok nenek di situ bukan seorang Muslim.
“Ini sesuatu yang terjadi di banyak keluarga Muslim kulit hitam Amerika. Banyak dari mereka masuk Islam dan menjadi Muslim. Jadi, anak perempuan itu menjadi sangat emosional membaca buku yang mewakili itu, seperti keluarga Muslim dengan nenek seorang Kristen. Menurut mereka buku ini seperti menceritakan keluarga mereka sendiri,” imbuhnya.
Adapun kritik membangun dari sejumlah penerbit, pustakawan sekolah, guru, dan jurnalis, membuat Jamilah ingin belajar lebih banyak lagi. [mg/uh]