Kandidat calon presiden Partai Republik Jeb Bush menyampaikan keraguan terhadap penilaian dan kemampuan pesaingnya, Donald Trump – untuk memimpin Amerika dalam dunia yang rumit, dengan mengatakan calon unggulan Partai Republik itu membahas kebijakan luar negeri seperti bintang reality-show.
Dalam wawancara dengan CNN yang diudarakan hari Minggu (18/10), mantan gubernur Florida itu menambahkan ia “sangat meragukan” kemampuan Trump dalam menangani senjata-senjata nuklir Amerika dengan baik.
“Ia tidak serius melihat tanggung jawab sebagai presiden Amerika, ujar Bush. “Membahas sejumlah kebijakan luar negeri, Trump bicara seolah ia masih ikut dalam dalam acara TV “The Apprentice.”
Bush mengatakan kepada CNN, rencana yang diusulkan Trump agar ISIS menggulingkan Presiden Bashar Al Assad dan kemudian Rusia menghadapi ISIS, mirip seperti “sejenis permainan dan bukan pendekatan serius”.
“Ini hanya contoh lain dari ketidakseriusan. Padahal ini adalah saat-saat yang serius. Kita kembali berada dalam ancaman dan saya kira kita membutuhkan presiden yang tahu apa yang akan dilakukannya,” ujar Bush.
Trump segera membalas pernyataan itu melalui Twitter dengan mengatakan “Jeb, mengapa abangmu – mantan presiden George Walker Bush – menyerang dan mengacaukan Timur Tengah dengan menyerang Irak walaupun tidak ada senjata pemusnah massal di sana? Salah informasi?”.
Jajak pendapat terbaru CBS menunjukkan 27% pemilih Partai Republik mendukung Trump, enam persen lebih tinggi dibanding pesaing kuat lainnya pakar bedah Ben Carson dengan 21%. Kandidat-kandidat calon presiden lainnya hanya mendapat satu angka digit, termasuk Jeb Bush, dengan 7%.
Dalam wawancara terpisah dengan CNN, unggulan Partai Demokrat Hillary Clinton mengatakan terlalu dini mengatakan apakah ia akan menarik mundur seluruh pasukan Amerika dari Afghanistan jika ia terpilih sebagai presiden.
Presiden Barack Obama pekan lalu menunda penarikan pasukan militer Amerika dari Afghanistan, dengan mengumumkan bahwa Amerika akan tetap menempatkan ribuan pasukan di negara itu hingga masa jabatannya berakhir tahun 2017.
Clinton memuji Obama sebagai panglima yang “sangat yakin dengan apa yang diharapkannya terjadi” – yaitu menarik seluruh pasukan Amerika – tetapi disisi lain “mempertimbangkan apa yang dilihatnya di dunia nyata”.
Mantan calon presiden Partai Republik tahun 2012, Mitt Romney mengecam Clinton ketika menjabat sebagai menteri luar negeri, dengan mengatakan kepentingan-kepentingan Amerika di luar negeri memburuk ketika Clinton berdinas.
Romney juga membela penyelidikan kontroversial DPR terhadap serangan di Benghazi – Libya tahun 2012 yang menewaskan empat warga Amerika, termasuk Duta Besar Chris Stephens. [em/ii]