Mungkin sedikit terlambat. Namun, itulah yang terjadi di Jepang, yang kini sedang berjuang mendorong vaksinasi yang sebelumnya berjalan sangat lambat, kurang dari dua bulan sebelum dimulainya Olimpiade Musim Panas. Olimpiade ini telah tertunda satu tahun karena pandemi virus corona.
Kepala Persatuan Dokter Jepang, Dr. Naoto Ueyama, mengatakan Olimpiade berisiko menjadi inkubator “varian Tokyo." Pasalnya, 15 ribu atlet dari berbagai negara dan puluhan ribu petugas, sponsor dan wartawan dari sekitar 200 negara akan datang dan berpotensi berbaur dengan sebagian besar warga Jepang yang belum divaksinasi.
Mengingat rmerebaknya COVID-19 di Tokyo dan daerah-daerah padat penduduk lain yang saat ini cukup tinggi. Di sisi lain, rumah-rumah sakit sudah berada dalam tekanan untuk menangani kasus-kasus serius meski dalam keadaan darurat; para pakar memperingatkan ada sedikit kelemahan dalam sistem kesehatan itu.
Kalau pun Jepang berhasil mencapai target memvaksinasi penuh 36 juta lansia pada akhir Juli, seminggu menjelang Olimpiade, masih ada sekitar 70 persen warga yang belum divaksinasi. Banyak orang menilai target vaksinasi itu pun terlalu optimis.
Untuk mencapai target itu Jepang bertekad akan segera mulai memvaksinasi satu juta dosis vaksin per hari. Saat ini baru 500 ribu dosis vaksin per hari yang disuntikkan. Itu pun sudah merupakan pencapaian besar setelah Perdana Menteri Yoshihide Suga mengaktifkan dokter dan perawat militer, dan mulai membuat pengecualian hukum untuk merekrut orang-orang yang dapat memvaksinasi warga untuk mendorong hal itu.
“Dengan laju vaksinasi sekarang ini, kita tidak akan membantu mencegah perebakan saat Olimpiade nanti,” ujar Ketua Asosiasi Medis Tokyo Haruo Ozaki.
“Olimpiade dapat memicu perebakan global varian virus berbeda," imbuhnya.
Komite Olimpiade Internasional IOC mengatakan lebih dari 80 persen atlet dan staf yang nantinya tinggal di Desa Olimpiade di Tokyo Bay akan divaksinasi. Mereka diperkirakan akan menjadi gelembung atau komunitas tersendiri di desa itu dan beberapa lokasi lain.
Komite Olimpiade Jepang mengatakan pada Selasa ini (1/6) mulai memvaksinasi atlet yang akan ikut Olimpiade. Namun, belum jelas bagaimana vaksinasi untuk orang lain yang datang dari luar Jepang dan negara-negara yang terdampak paling parah pandemi ini, dan akan terlibat dalam pesta olahraga ini. Para pakar mengingatkan aturan yang ketat tidak akan mencegah pertemuan antar-orang, terutama di antara non-atlet.
Penonton dari luar Jepang telah dilarang datang.
Sejumlah jurnal medis terkemuka telah mempertanyakan soal kebijakan Jepang untuk tetap melangsungkan Olimpiade. Surat kabar terbesar kedua di Jepang, Asahi Shimbun, telah menyerukan pembatalan pesta olahraga itu, dengan menyajikan tentangan luas warga Jepang.
Namun, pemerintah telah mengatakan bahwa mereka bertekad akan tetap melangsungkan Olimpiade, dengan merujuk pada kelangsungan kepemimpinan Suga dan persaingan geopolitik dengan China, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade berikutnya, serta taruhan atas kesehataan jutaan orang.
“Dengan menggunakan senjata baru yang disebut vaksin dan mengambil tindakan pencegahan yang tegas, maka sangat mungkin” untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan aman, ujar Suga dalam sesi parlemen, Selasa (1/6). [em/lt]