Kedua kandidat dalam pemilihan presiden Iran, pada Senin (1/7), berpartisipasi dalam debat pertama mereka menjelang pemungutan suara putaran kedua.
Kandidat reformis Masoud Pezeshkian unggul pada putaran pertama pemilihan yang diadakan pada Jumat (28/6) lalu dengan selisih kecil. Kandidat dari garis keras, Saeed Jalili, mantan perunding nuklir, berada pada posisi kedua.
Dalam debat tersebut, Pezeshkian menunjukkan dukungan bagi perjanjian nuklir penting tahun 2015. Ia bertekad akan terlibat pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut.
Jalili, yang dikenal karena skeptisismenya yang mendalam terhadap Barat dan penentang keras perjanjian nuklir tersebut, mengatakan bahwa perjanjian tersebut hanya memperkuat sanksi yang diberikan kepada Iran.
Presiden AS ketika itu, Donald Trump, secara sepihak menarik AS keluar dari perjanjian tersebut pada 2018.
Lebih dari 60% pemilih tidak memberikan suara dalam pemilihan itu. Pemilihan kali ini merupakan pemilu dengan jumlah pemilih terendah dalam sejarah Iran.
Pemilu putaran kedua akan diadakan pada Jumat (5/7) mendatang. Pemilu kali ini digelar untuk memilih pengganti presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada Mei lalu. [ka/rs]
Forum