Angkatan Udara Amerika Serikat akan terus terbang menjalankan misi hariannya di atas Laut China Selatan meskipun terdapat penambahan rudal permukaan ke udara China dan jet-jet tempur dalam kawasan yang diperebutkan, dengan militer dari kedua bangsa tetap terlibat dalam diskusi untuk mencegah miskalkulasi, ujar seorang jenderal senior AS hari Selasa (8/3).
Jenderal Lori Robinson, komandan Angkatan Udara kawasan Pasifik, juga mendesak bangsa-bangsa lainnya untuk menegakkan kebebasan terbang dan berlayar di ruang udara dan perairan internasional yang diklaim oleh China di kawasan Laut China Selatan “atau menanggung risiko kehilangan kebebasan tersebut di seluruh kawasan.”
“Kami telah menyaksikan peningkatan kemampuan militer di pulau-pulau tersebut, apakah itu jet tempur, apakah itu rudal, atau landas pacu sepanjang 10.000 kaki. Kami akan tetap melakukan apa yang senantiasa telah kami lakukan, dan itu adalah terbang dan berlayar di ruang udara internasional sesuai dengan aturan dan norma-norma internasional,” ujar Robinson kepada para wartawan di ibukota Australia, Canberra, di mana ia akan berbicara dalam Konferensi Kekuatan Udara dua tahunan AU Australia pekan depan.
Robinson menolak untuk menjawab bagaimana AS akan mengambil tindakan balasan apabila pesawat AS ditembak jatuh oleh China.
Beberapa pemerintahan memiliki tuntutan yang saling berbenturan di Laut China Selatan, jalur utama perdagangan dunia. AS tidak mengajukan tuntutan di perairan tersebut, namun menyatakan AS memiliki kepentingan dalam menjamin kebebasan navigasi dan terbang di ruang udara serta tidak menggunakan kekuatan atau paksaan untuk menegaskan tuntutan.
Menlu China Wang Yi membuat pernyataan keras hari Selasa berkaitan dengan tuntutan China hakikatnya di keseluruhan Laut China Selatan, dengan menyatakan bahwa Beijing tidak akan mengizinkan bangsa-bangsa lain untuk campur tangan atas apa yang dianggapnya sebagai hak kedaulatan atas daerah vital yang strategis.
Berbicara kepada para wartawan pada konferensi pers di acara tahunan di Beijing, Wang berujar bahwa klaim bangsa lain akan kebebasan navigasi di kawasan tersebut tidak memberinya hak untuk melakukan apapun yang mereka inginkan – pernyataan yang tampaknya ditujukan pada AS, yang telah mengirimkan kapal-kapal angkatan lautnya melalui terumbu karang dimana China telah terlibat dalam pembangunan pulau.
Robinson mengakui ada “kemungkinan miskalkulasi” yang mengarah pada konflik dengan semakin meningkatnya militerisasi di kawasan tersebut.
Namun ia mengatakan AS dan China telah menandatangani persetujuan aturan perilaku udara ke udara di ruang udara internasional di bulan September dan akan melanjutkan diskusi menyangkut subyek ini tahun ini.
“Hal ini telah memungkinkan kami untuk melanjutkan dialog dengan China tentang bagaimana untuk melakukan pencegatan yang aman dan mencegat sesuai dengan aturan dan norma-norma internasional,” ujar Robinson.
Ia mengatakan pesawat jarak jauh milik Rusia juga semakin aktif di kawasan Pasifik, dengan terbang di sekitar Jepang dan Guam.
Sebagai bagian dari rencana AS untuk meningkatkan kehadiran militernya di Pasifik, Robinson berkata serangkaian diskusi sedang berjalan dengan militer Australia untuk rotasi pesawat-pesawat pembom AS melalui pangkalan udara di utara Australia di Darwin dan Tindal.
“Hal tersebut memberikan peluang untuk melatih pilot-pilot kami untuk memahami palagan dan memperkuat kerjasama kami dengan sekutu kami yang hebat, Angkatan Udara Australia,” ujar Robinson.
Marinir AS sudah berotasi melalui Darwin sebagai pertanda semakin meningkatnya aliansi bilateral militer yang semakin erat yang membuat kesal China, mitra dagang Australia yang paling penting. [ww]