Tautan-tautan Akses

Jenderal AS: Kesepakatan Pertahanan Rusia-Korea Utara Dapat Timbulkan Perselisihan dengan China


Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri acara bersama di Pyongyang, Korea Utara, pada 19 Juni 2024. (Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov/Pool via Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri acara bersama di Pyongyang, Korea Utara, pada 19 Juni 2024. (Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov/Pool via Reuters)

Perjanjian pertahanan bersama antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Korea Utara berpotensi menciptakan perselisihan dengan China, yang telah lama menjadi sekutu utama negara tertutup itu, kata perwira tinggi militer AS pada Minggu (23/6).

“Saat ini ada pihak lain yang ikut campur, sehingga hal ini mungkin akan memicu lebih banyak perselisihan antara (China) dan Rusia,” kata Jenderal Angkatan Udara C.Q. Brown, kata Ketua Gabungan Kepala Staf, kepada wartawan saat melakukan perjalanan ke luar negeri.

Para analis mengatakan pakta tersebut, yang ditandatangani pada hari Rabu (19/6), dapat melemahkan pengaruh Beijing terhadap kedua negara tetangganya itu dan peningkatan ketidakstabilan dapat berdampak negatif pada ambisi ekonomi dan strategis global China.

Pada Kamis (20/6), Putin mengatakan Rusia mungkin akan memasok senjata ke Korea Utara, yang menurutnya merupakan respons serupa terhadap tindakan Barat yang mempersenjatai Ukraina.

Brown mengakui kekhawatiran AS terhadap kesepakatan tersebut.

AS Kritik Pertemuan Putin dan Kim Jong Un
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:56 0:00

Namun ia juga melunakkan pernyataan itu dengan mengatakan adanya keterbatasan dalam perjanjian tersebut. Dia mengungkapkan keraguan bahwa Moskow akan memberikan “segala” yang diinginkan oleh Korea Utara.

Para pejabat AS mengatakan mereka yakin Korea Utara tertarik untuk memperoleh pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan atau bahan produksi rudal balistik, dan teknologi canggih lainnya dari Rusia.

“Umpan balik yang saya dapatkan mengenai perjanjian tersebut – perjanjian tersebut bersifat luas dan tidak terlalu mengikat, yang memberi kita indikasi (bahwa) mereka ingin bekerja sama namun tidak ingin terikat,” kata Brown.

Perjanjian yang ditandatangani oleh Putin dan Kim pada hari Rabu itu mewajibkan masing-masing negara untuk segera memberikan bantuan militer kepada pihak lain jika terjadi agresi bersenjata terhadap salah satu pihak.

Amerika Serikat dan Ukraina mengatakan Korea Utara telah memberi Rusia sejumlah besar peluru artileri dan rudal balistik, namun hal ini dibantah oleh Moskow dan Pyongyang. [lt/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG