Tautan-tautan Akses

Jenis Virus Mpox di Pakistan Berbeda dengan Jenis yang Terdeteksi di Kongo


Ilustrasi dari partikel virus mpox. (Foto: Fred Hutch Cancer Center/Handout via Reuters)
Ilustrasi dari partikel virus mpox. (Foto: Fred Hutch Cancer Center/Handout via Reuters)

Virus cacar monyet atau mpox yang terdeteksi di Pakistan pekan lalu tidak sama dengan jenis virus yang menyebar di benua Afrika, kata para pejabat kesehatan Pakistan pada Senin (19/8).

Para pejabat kesehatan menetapkan bahwa kasus di Pakistan dapat diklasifikasikan sebagai Clade 2b, kata kementerian kesehatan Pakistan dalam sebuah pernyataan.

“Saat ini, wabah yang sedang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC) utamanya disebabkan dengan Clade 1b. Secara khusus, hingga saat ini, tidak ada laporan kasus Clade 1b di Pakistan,” kata pernyataan tersebut.

Namun, para pejabat Swedia pekan lalu mengatakan subklade Clade 1b terdeteksi pada satu individu. Itu menjadi kasus pertama yang terkait dengan wabah di Afrika dan terdeteksi di luar Afrika.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pekan lalu menyatakan peningkatan kasus mpox di DRC dan negara-negara lain di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

“Munculnya kelompok baru mpox, penyebarannya yang cepat di bagian timur Kongo, dan pelaporan kasus-kasus di beberapa negara tetangganya sangat mengkhawatirkan,” kata Tedros. “Di samping wabah tipe mpox lainnya di Kongo dan negara-negara lain di Afrika, sangat jelas bahwa tanggapan internasional terpadu diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa.”

Mpox, dulu dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), adalah virus endemik di beberapa negara Afrika. Sekitar 18.737 pasien yang diduga atau dikukuhkan mengidap mpox dilaporkan terdeteksi di Afrika sejak awal tahun ini di 13 negara, dan telah menewaskan lebih dari 500 orang.

WHO pekan lalu mengeluarkan peringatan siaga tertinggi terkait wabah di Afrika setelah kasus-kasus di Kongo menyebar ke negara-negara tetangganya. Telah terdapat 27.000 kasus dan lebih dari 1.100 kematian, terutama di kalangan anak-anak, di Kongo sejak wabah yang saat ini mulai merebak pada Januari 2023. Gejala-gejalanya antara lain mencakup demam, nyeri tubuh, lemah, sakit kepala dan ruam.

Sekarang ini tidak ada pengobatan yang telah disetujui khusus untuk mengobati infeksi mpox. Bagi kebanyakan pasien dengan mpox yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang utuh dan tidak memiliki penyakit kulit, perawatan pendukung dan pengendalian rasa sakit akan membantu mereka pulih tanpa perawatan medis, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Infeksi virus itu dapat menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, menurut WHO. Kontak tersebut dapat mencakup menyentuh, berciuman, berhubungan seks, dan berbicara atau bernapas dekat seseorang yang terinfeksi.

WHO mengatakan virus itu juga dapat bertahan “di baju, perlengkapan tidur, handuk, benda-benda, barang-barang elektronik dan permukaan yang telah disentuh seseorang yang terinfeksi mpox.” [uh/ka]

Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari Reuters danAgence France-Presse.

Forum

XS
SM
MD
LG