Dalam persinggahannya di Tokyo minggu ini, Presiden Amerika Donald Trump diberi sebuah topi putih oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang bertuliskan: “Donald & Shinzo, Membuat Aliansi Lebih Hebat Lagi.”
Demikian cara yang dilakukan oleh Abe untuk membuat Amerika mendukung upaya baru Jepang untuk menggalakkan “Kemitraan untuk Infrastruktur Bermutu” sebagai alternatif dari prakarsa China yang dikenal sebagai “Belt and Road Initiative” (BRI) atau “Prakarsa Sabuk dan Jalan.”
Para analis mengamati dengan cermat apakah Perdana Menteri Jepang itu akan berhasil dalam rencananya untuk memasukkan Amerika, Australia, dan India ke dalam programnya.
Sebuah langkah penting akan menjadi keputusan politik, yang diperkirakan akan diambil ketika para pejabat negara-negara itu bertemu pada 13-14 November di bawah bendera dialog kuadran AS-Jepang-India-Australia di sela-sela KTT Asia Timur di Filipina. Keempat negara itu telah menghidupkan kembali dialog segiempat setelah absen selama satu dekade.
Berita tentang dialog tersebut telah menempatkan Beijing pada posisi defensif, dan kementerian luar negeri China menyatakan harapan bahwa dialog tersebut tidak digunakan untuk “menarget atau merusak kepentingan pihak ketiga.” Persaingan infrastruktur baru itu muncul ketika Partai Komunis China mengambil langkah tak terduga untuk mengabadikan BRI dalam konstitusi partai.
Para analis mengatakan Jepang mungkin menggemakan kekhawatiran yang secara luas dirasakan oleh tiga negara lainnya, dan sampai batas tertentu oleh negara-negara Eropa, tentang banyak proyek infrastruktur utama dunia, seperti pelabuhan laut dan bandara, dikendalikan oleh perusahaan China yang berusaha memenangkan kontrak pemeliharaan setelah menyelesaikan pekerjaan konstruksinya. [lt]