Komisi Penyelidik PBB yang menginvestigasi dugaan pelanggaran HAM di Korea Utara mendengar dari beberapa saksi, termasuk orangtua Megumi Yokota, yang diculik tahun 1977 ketika berusia 13 tahun.
Ibu Megumi, Sakie Yokota, usia 77 tahun, kepada panel itu mengatakan Megumi hilang "bagai kepulan asap," menyebabkan keluarganya dalam keadaan tersiksa sehingga, menurutnya, nyaris membuat mereka gila. Ayah Megumi, Shigeru Yokota, usia 80 tahun, mengatakan Pyongyang satu-satunya pihak yang tahu berapa banyak warga Jepang yang diculik. Ia mendesak agar panel PBB menekan Korea Utara supaya merilis lebih banyak informasi.
Korea Utara pada tahun 2002 mengakui menculik beberapa warga Jepang untuk memaksa mereka mengajarkan bahasa dan budaya Jepang kepada mata-mata Korea Utara.
Korea Utara mengatakan semua korban penculikan sejak itu sudah dipulangkan atau meninggal. Banyak orang Jepang menduga Pyongyang menyembunyikan korban yang masih hidup dan jumlah orang yang diculik lebih banyak daripada yang diakui. Masalah tersebut telah menjadi kendala besar bagi hubungan Jepang-Korea Utara.
Ibu Megumi, Sakie Yokota, usia 77 tahun, kepada panel itu mengatakan Megumi hilang "bagai kepulan asap," menyebabkan keluarganya dalam keadaan tersiksa sehingga, menurutnya, nyaris membuat mereka gila. Ayah Megumi, Shigeru Yokota, usia 80 tahun, mengatakan Pyongyang satu-satunya pihak yang tahu berapa banyak warga Jepang yang diculik. Ia mendesak agar panel PBB menekan Korea Utara supaya merilis lebih banyak informasi.
Korea Utara pada tahun 2002 mengakui menculik beberapa warga Jepang untuk memaksa mereka mengajarkan bahasa dan budaya Jepang kepada mata-mata Korea Utara.
Korea Utara mengatakan semua korban penculikan sejak itu sudah dipulangkan atau meninggal. Banyak orang Jepang menduga Pyongyang menyembunyikan korban yang masih hidup dan jumlah orang yang diculik lebih banyak daripada yang diakui. Masalah tersebut telah menjadi kendala besar bagi hubungan Jepang-Korea Utara.