Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan kepada warga negaranya yang akan bepergian ke China atau sudah berada di negara itu untuk waspada dengan potensi serangan balik atau backlash terhadap kebijakan pembuangan air limbah radioaktif Fukushima. China, Korea Selatan dan Hong Kong telah mengeluarkan tanggapan terhadap langkah Jepang itu.
Pemerintah Jepang hari Senin (28/8) memperingatkan warganya untuk waspada saat mengunjungi China atau saat ini berada di China setelah muncul laporan pelecehan dan serangan terhadap warga Jepang di negara itu. Pelecehan itu diduga merupakan backlash atau serangan balik terhadap kebijakan pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik, yang telah dimulai pertengahan pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Minggu (27/8), Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan warga yang kini tinggal di China atau akan berkunjung ke China harus menghindari berbicara dalam bahasa Jepang dengan suara keras, dan memperhatikan lingkungan sekitar jika pergi ke kantor kedutaan atau konsulat.
Warga Jepang juga diminta menjauhi aksi unjuk rasa menentang pembuangan air limbah radioaktif Fukushima, dan melakukan tindakan gegabah seperti mengambil foto atau video unjuk rasa.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan sejak dimulainya pembuangan air limbah radioaktif Fukushima yang sudah diolah itu, telah terjadi demonstrasi, laporan tentang pelecehan dan serangan, dan telpon ke berbagai kantor konsulat, kedutaan dan sekolah-sekolah Jepang di China.
Berbagai telepon bernada melecehkan juga diterima individu dan kelompok di Jepang yang tidak ada sangkut pautnya dengan pembuangan air limbah itu. Berbagai bisnis Jepang, mulai dari toko roti hingga akuarium, dilaporkan menerima panggilan telepon yang mengganggu itu dari China.
China, Hong Kong Larang Impor Makanan Laut Jepang
China minggu lalu melarang semua impor makanan laut dari Jepang tidak lama setelah proses pembuangan air limbah yang sudah diolah itu dimulai.
Pemerintah Hong Kong juga mengumumkan langkah serupa akhir pekan lalu. Direktur Kebersihan Makanan dan Lingkungan Irene Yeung mengatakan kepada para wartawan bahwa larangan tersebut mencakup produk akuatik yang hidup, beku, didinginkan, dikeringkan, garam laut, dan rumput laut.
Pihak berwenang Hong Kong mengatakan mereka akan terus memantau tingkat radiasi dari sampel makanan dan laporan tentang bagaimana Jepang akan memproses air yang terkontaminasi nuklir.
Jepang Mulai Buang Air Limbah Radioaktif
Jepang telah mulai membuang air limbah radioaktif yang sudah diolah, yang setara dengan isi 500 kolam renang ukuran Olimpiade dari Fukushima ke Samudra Pasifik, 12 tahun setelah gempa bumi dan tsunami menghancurkan tiga reaktornya. Insiden ini merupakan yang terburuk dalam sejarah.
Sejak bencana terburuk dalam sejarah itu, Jepang telah bersikap terbuka dan transparan saat mengelola PLTN Fukushima Daiichi, dan secara proaktif berkoordinasi dengan para ilmuwan dan mitra dari seluruh wilayah Indo-Pasifik serta dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang menyimpulkan bahwa proses yang dilakukan oleh Jepang aman dan sesuai dengan standar keamanan nuklir yang diterima secara internasional.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken pada 15 Agustus lalu menyampaikan rasa puas dengan proses yang aman, transparan, dan berbasis sains itu. “Kami menyambut baik transparansi dan keterlibatan Jepang yang berkelanjutan dengan IAEA serta para pemangku kepentingan regional,” demikian petikan pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika.
Operator PLTN itu, TEPCO, mengatakan bahwa semua unsur radioaktif telah disaring kecuali tritium, yang kadarnya berada dalam ambang aman.
Dinas Perikanan dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang secara berkala mengumumkan hasil analisis konsentrasi tritium dalam produk laut dan air laut setelah pembuangan #ALPSTreatedWater yang berada di bawah batas deteksi yang lebih rendah. [em/lt]
Forum